Sekarang, Cinta merasa malu bila diantar papanya. Apalagi hari ini pertama Cinta masuk SMA. Cinta tidak mau teman-teman barunya nanti mengejek dan mengolok-oloknya. Cinta juga bisa membayangkan bagaimana sikap kakak kelasnya bila melihat dia diantar papanya. Walaupun Cinta bukan termasuk murid yang takut terhadap senioritas, tapi kalau diolok-olok sebagai anak papi, males juga sih. Langkah Cinta berhetnti sesaat ketika kakinya mulai melewati pagar sekolah. Segerombolan anak laki-laki di ujung sana mulai memanggil-manggil namanya dan menggodanya. Mereka adalah anak-anak kelas 2, itu berarti satu tahun di atas Cinta. Sambil tersenyum ramah, Cinta berjalan melewati para lelaki belia yang kegenitan menggodanya. Cinta memang seorang gadis yang cantik. Dia adalah gadis campuran Indonesia, Cina, dan Inggris. Papa Cinta berasal dari Jawa keturunan Cina, sedangkan mamanya asli orang Inggris yang kini telah resmi menjadi warga negara Indonesia.
Hari ini Cinta berkenalan dengan banyak teman baru. Salah satunya adalah Ridho, anak laki-laki yang duduk di belakang bangkunya. Sepertinya Ridho menyukai Cinta. Tak heran memang bila banyak anak laki-laki yang suka pada Cinta, karena Cinta memang cantik. Berhari-hari Cinta semakin dekat dengan Ridho. Ridho pun semakin keras berusaha menarik perhatian Cinta. Ridho berharap Cinta mau menjadi pacarnya. Hingga pada suatu hari Ridho menembak Cinta dengan pertanyaan yang sebelumnya memang tidak diduga oleh Cinta.
“Cinta, kamu mau gak jadi pacarku?” tanya Ridho.
“Mmm...gimana ya? Aku pikir-pikir dulu ya, besok lusa aku kabarin deh” jawab Cinta yang cukup terkejut dan kebingungan.
“Tapi jangan kelamaan dong, aku udah gak bisa tidur nih, Cin!” tegas Ridho.
“Alah norak, gombal, udah ya...aku pulang dulu, dahh...Ridho!!” jawab Cinta dengan kesal.
Mereka berpisah di pagar sekolah. Ridho pulang membawa harapan tentang jawaban yang akan diberikan Cinta untuknya. Ridho sudah dapat membayangkan bagaimana bangganya menjadi pacar seorang gadis cantik yang menjadi idola sekolahnya.
Ketika bediri di halte, menanti bus yang biasanya mengantarkannya pulang, Cinta mendengar seseorang yang memanggilnya.
“Cinta...Cinta...kamu namanya Cinta kan?” teriak seorang laki-laki yang bagi Cinta termasuk keren, bahkan sangat keren. Dia duduk di belakang setir sedan jaguar yang kacanya terbuka, dari jendela mobil, laki-laki itu memanggil Cinta.
“Iya...ini gue, Cinta, kenapa? Ada apa teriak-teriak manggil gue?”
“Daripada nunggu bus lama, mendingan gue anterin lo pulang, mau kan? Udah deh mau aja, gue Ozi anak kelas 2 A3, kalau sampai gue nyulik lo, semua orang bakalan tau, tuh liat banyak banget saksinya.”
Ozi menunjuk murid-murid yang sedang menunggu kendaraan umum sambil memperhatikan Ozi dan Cinta.
“Iya...iya...lagian siapa juga yang nyangka lo mau nyulik gue, hem...oke deh”, sambil mendengarkan musik di mobil jaguar Ozi.
Ozi mulai membuka pembicaraannya, “Eh...btw rumah lo di mana? Gue harus antar lo kemana nih?”
“Eh, iya ya, rumah gue di radio dalam, jalan antena. Ntar kalau udah dekat, gue tunjukin deh!” jawab Cinta.
Sampai di depan rumah Cinta, Ozi turun dengan cepat dan membukakan pintu untuk Cinta lalu membungkuk mempersilakan Cinta keluar, selayaknya adegan-adegan di film roman.
“Thank’s ya, mau masuk dulu?” tanya Cinta.
“Nggak usah deh, udah siang, lain kali aja.” jawab Ozi sambil tersenyum.
Ketika Cinta melangkah ke halaman rumah, Ozi tiba-tiba kembali memanggil Cinta.
“Cinta, lo dah punya pacar pa belum? Kalau belum, lo mau gak jadi pacar gue?”
“Hah...jadi pacar lo? Gue pikir-pikir dulu deh ya, besok gue kabarin. Daa..Ozi?!”
Cinta masuk ke dalam rumah dan sempat bertemu mamanya di ruang keluarga.
“Siapa yang tadi nganter kamu pulang, Cin? Kok gak diajak masuk sih?” tanya mama Cinta.
“Cuma kaka kelas kok, Ma. Kebetulan dia tadi nawarin aku pulang bareng, ya aku mau aja itung-itung nyobai naik jaguar, kan belum pernah, hehehe...” jawab Cinta.
“Ya sudah, sana ganti baju, mama tunggu di meja makan, jangan lupa mandi dulu, Cin. Bau kamu tuh, mirip ayam kampung direbus” jawab mama Cinta sambil meledeknya.
“Iya...iya!!” sahut Cinta.
Malam hari, Cinta duduk di depan meja belajar. Ada beberapa PR yang harus dia kerjakan, tapi pikirannya tidak dapat fokus. Wajah Ozi dan Ridho terus menerus hadir di pikirannya silih berganti.
“Duh, kok jadi begini ya, gimana nih!? gue janji ama 2 cowok untuk menjawab tembakan mereka. Siapa yang gue pilih ya? Ridho sih baik banget, but Ozi tajir abis, keren lagi.”
Tanpa disadari oleh Cinta, mamanya ternyata sejak tadi sudah berdiri di belakang Cinta.
“Ngapain ngomong sendiri, Cin? Lagi bingung milih cowok ya?” tanya mama Cinta yang penasaran melihat tingkah anak perempuannya itu.
“Iya nih, Ma. Cinta ditembak 2 cowok sekaligus dan aku janji mau ngasih jawaban sama dua-duanya dalam satu-dua hari, Ma. Gimana ya?” jawab Cinta yang kebingungan.
“Gampang, terima aja dua-duanya, kan beres!” kata mama Cinta.
”Hah...?” jawab Cinta yang bingung dengan solusi dari mamanya.
Bel istirahat berbunyi tiga kali. Ozi sudah berdiri di depan kelas Cinta, menunggu Cinta keluar dari kelas.
“Hai, Cinta...gimana? Apa jawaban kamu? Gue diterima apa ditolak nih?”
Cinta gugup dan ketakutan, sambil melirik kanan kiri, Cinta cepat-cepat memberi jawaban.
“Gue terima lo, gue mau jadi cewek lo. Dah pergi gih sana. Gue gak enak sama anak-anak, ntar pulang sekolah bareng lagi ya.”
“Yeesss! Thank’s ya, ntar gue tunggu di tempat kemarin.”
Cinta menarik nafas lega, tapi kelegaan itu hanya beberapa detik dirasakannya, Ridho sudah berdiri di samping Cinta dengan raut wajah penuh curiga.
“Tadi itu siapa? Kayak anak kelas 2, mau apa dia ke sini?”
“Oh, itu...itu namanya Ozi. Dia anaknya omku yang tinggal di Menteng.”
“Ohhh...gue pikir dia mau nyaingin gue. Terus...apa kamu udah dapet jawabannya? Gue diterima gak nih?”
“Aku...aku mau jadi cewek kamu deh!”
“Yeesss! Thank’s ya, aku bangga bisa jadi pacar seorang cewek idola di sekolah ini, hehehe...”
Ridho mendekatkan wajahnya hendak mencium Cinta, tapi dengan cepat Cinta mundur satu langkah ke belakang.
“Hei mau ngapain sih, gila lo ya.”
“Hehehe...sorry deh, emangnya aku gak boleh minta cium ama pacar ya?”
Cinta meninggalkan Ridho yang masih penasaran ingin mendapatkan ciuman dari Cinta.
Sudah 3 bulan Cinta berhasil memainkan perannya dengan baik. Peran dalam skenario cinta dengan 2 laki-laki dalam satu sekolahan. Sejauh ini, Ridho masih tetap percaya bahwa Ozi itu benar-benar sepupunya. Dan Ozi pun tidak mencurigai hubungan Cinta dan Ridho. Pada suatu malam minggu, untuk pertama kalinya Ridho meminta izin kepada mama dan papanya Cinta untuk mengajak ke pasta ulang tahun temannya yang diadakan di MBC, sebuah diskotik yang lagi tren di kalangan ABG Jakarta. Malam itu Cinta menjadi pusat perhatian semua pengunjung MBC. Cinta terlihat sangat cantik dan seksi dengan baju tali kecil yang terbuka di belakangnya. Salah seorang VJ MTV yang dipilih untuk menjadi host pada malam itu mulai membuka permainan-permainan seru.
“Cinta, pulangnya jangan cepat-cepat ya, gue masih pengen lama dekat kamu, kan jarang-jarang kita bisa dugem kayak gini.”, kata Ridho memohon ke Cinta.
Cinta hanya tersenyum dalam rengkuhan tangan Ridho. Tiba-tiba Cinta melihat dari jauh sesosok laki-laki yang tidak asing buatnya. Laki-laki itu adalah Ozi.
“Wah, gawat!” ucap Cinta.
“Kenapa, Cin?” tanya Ridho.
“Aduh perutku tiba-tiba sakit nih, aku ke toilet dulu ya.”
“Ok, aku antar ya.”
“Jangan! Eh, maksudku, nggak usah, biar aku sendiri aja, kamu tunggu di sini aja ya.”
“Oke deh!”
Cinta berlari kecil sambil menyusup di deretan antrian beberapa orang yang hendak buang air kecil.
“Kamu ada di sini, Cin? katanya kamu gak boleh keluar malem?”
Cinta sangat kaget mendengar suara itu di belakangnya, suara yang ternyata adalah suaranya Ozi.
“Aduh...kamu ngagetin aku aja, untung jantungku gak copot. Aku ke sini sama pamanku, tuh dia yang lagi duduk di sana.”
Cinta menunjuk seorang bapak-bapak yang sedang duduk sendirian, dan padahal Cinta tidak kenal sama sekali sama bapak-bapak itu.
“Ohh..pantesan kamu bisa keluar malem. Aku gabung sama kamu ya sayang!” Ozi mulai genit merangkul Cinta dan mengajaknya duduk menghampiri bapak-bapak yang disebutnya paman tadi.
Cinta berhasil mengelabui Ozi, tapi akibatnya tiap 5 menit Cinta harus pamit ke toilet, secara bergantian. Cinta mengaku pada Ozi bahwa dia telah berhasil mengusir pamannya, dan Cinta berjanji akan pulang bersama Ozi. Setelah berkali-kali adegan tipuan toilet dilakukan oleh Cinta, akhirnya Ridho dan Ozi curiga. Diam-diam Ridho dan Ozi mengikuti Cinta dari belakang, dan mereka bertemu di toilet. Cinta kaget dan cepat-cepat masuk ke dalam toilet perempuan sehingga Ridho dan Ozi tidak bisa mengikutinya. Di luar toilet, Ridho dan Ozi menatap penuh curiga, sementara itu Cinta terus memutar otaknya untuk mencari jalan keluar dan untuk menyelamatkan diri. Cukup lama Ridho dan Ozi menunggu Cinta sampai akhirnya mereka berdua yakin kalau mereka berdua menunggu orang yang sama.
“Kamu Ozi, sepupunya Cinta, kan?”
“Sepupunya Cinta? kata siapa gue sepupuan sama Cinta? Gue ini pacarnya Cinta, lo siapa? Kayaknya gue sering liat lo di sekolah, lo sekelas sama Cinta kan?”
“Heh, denger baik-baik ya, gue ini pacarnya Cinta, dan Cinta sendiri yang bilang ke gue kalau lo itu sepupunya Cinta!!”
“Yaelah, berarti kita berdua ini udah jadi korban perempuan sialan itu!!”
Tanpa diduga Ridho dan Ozi mendobrak pintu toilet dan ternyata Cinta tidak ada di dalam toilet itu. Mereka tidak tahu kalau pada saat Ozi dan Ridho bersitegang, Cinta menyelinap keluar dari toilet dan langsung pulang naik taksi. Berhari-hari Cinta tidak bisa ditemui di sekolah maupun di rumahnya. Sampai pada suatu sore akhirnya Cinta mau menerima Ozi dan Ridho di rumahnya yang mewah itu. Melihat kecantikan Cinta, Ozi dan Ridho tidak bisa mengeluarkan umpatan dan kemarahan yang sejak berhari-hari mereka pendam.
“Kenapa pada diem? Gak jadi marahin gue? Ayo...pada marah dong, jangan diem gitu, kalau mau diem-dieman ngapain datang ke sini?!” ucap Cinta dengan rasa jengkel.
“Kenapa lo gak pernah masuk sekolah? Takut ya?”
“Takut??? heh...gue gak pernah masuk sekolah karena kemarin gue ikut papa ke Singapura, bukan karena takut. Lagian, apa yang perlu gue takutin, karena ngeboongin kalian berdua? Itu sih salah kalian sendiri, kenapa gampang ditipu. Kalau kalian tanya sama gue siapa yang harus gue pilih, jawaban gue dua-duanya. Gue mau ama Ozi, tapi gue juga mau ama Ridho. Kita cuma pacaran kan? Kalau buat nikah, nanti gue baru pilih salah satu. Tapi kalau cuma pacaran, gua mau dua-duanya. Nah, sekarang tinggal kalian berdua deh yang mikir, kira-kira mau nggak kalau kalian berdua jadi cowok gue? Kalau nggak mau ya gak papa.”
Ozi dan Ridho garuk-garuk kepala. Mereka tidak habis pikir dengan jalan pikiran Cinta. Mereka berdua belum pernah bertemu dengan perempuan senyentrik Cinta. Cinta tak merasa bersalah sedikitpun atas keputusannya untuk berpacaran dengan dua laki-laki sekaligus. Bagi Cinta, cintanya masih cinta biasa, cinta anak gadis yang masih terlalu dini untuk serius.
Akhirnya Ridho dan Ozi pamit pada Cinta dan mereka berdua sepakat untuk meninggalkan Cinta secara baik-baik. Mereka yakin bahwa Cinta adalah gadis yang sangat menyenangkan untuk dijadikan sahabat tapi tidak untuk dijadikan sebagai pacar.
_____
Hari ini Cinta berkenalan dengan banyak teman baru. Salah satunya adalah Ridho, anak laki-laki yang duduk di belakang bangkunya. Sepertinya Ridho menyukai Cinta. Tak heran memang bila banyak anak laki-laki yang suka pada Cinta, karena Cinta memang cantik. Berhari-hari Cinta semakin dekat dengan Ridho. Ridho pun semakin keras berusaha menarik perhatian Cinta. Ridho berharap Cinta mau menjadi pacarnya. Hingga pada suatu hari Ridho menembak Cinta dengan pertanyaan yang sebelumnya memang tidak diduga oleh Cinta.
“Cinta, kamu mau gak jadi pacarku?” tanya Ridho.
“Mmm...gimana ya? Aku pikir-pikir dulu ya, besok lusa aku kabarin deh” jawab Cinta yang cukup terkejut dan kebingungan.
“Tapi jangan kelamaan dong, aku udah gak bisa tidur nih, Cin!” tegas Ridho.
“Alah norak, gombal, udah ya...aku pulang dulu, dahh...Ridho!!” jawab Cinta dengan kesal.
Mereka berpisah di pagar sekolah. Ridho pulang membawa harapan tentang jawaban yang akan diberikan Cinta untuknya. Ridho sudah dapat membayangkan bagaimana bangganya menjadi pacar seorang gadis cantik yang menjadi idola sekolahnya.
Ketika bediri di halte, menanti bus yang biasanya mengantarkannya pulang, Cinta mendengar seseorang yang memanggilnya.
“Cinta...Cinta...kamu namanya Cinta kan?” teriak seorang laki-laki yang bagi Cinta termasuk keren, bahkan sangat keren. Dia duduk di belakang setir sedan jaguar yang kacanya terbuka, dari jendela mobil, laki-laki itu memanggil Cinta.
“Iya...ini gue, Cinta, kenapa? Ada apa teriak-teriak manggil gue?”
“Daripada nunggu bus lama, mendingan gue anterin lo pulang, mau kan? Udah deh mau aja, gue Ozi anak kelas 2 A3, kalau sampai gue nyulik lo, semua orang bakalan tau, tuh liat banyak banget saksinya.”
Ozi menunjuk murid-murid yang sedang menunggu kendaraan umum sambil memperhatikan Ozi dan Cinta.
“Iya...iya...lagian siapa juga yang nyangka lo mau nyulik gue, hem...oke deh”, sambil mendengarkan musik di mobil jaguar Ozi.
Ozi mulai membuka pembicaraannya, “Eh...btw rumah lo di mana? Gue harus antar lo kemana nih?”
“Eh, iya ya, rumah gue di radio dalam, jalan antena. Ntar kalau udah dekat, gue tunjukin deh!” jawab Cinta.
Sampai di depan rumah Cinta, Ozi turun dengan cepat dan membukakan pintu untuk Cinta lalu membungkuk mempersilakan Cinta keluar, selayaknya adegan-adegan di film roman.
“Thank’s ya, mau masuk dulu?” tanya Cinta.
“Nggak usah deh, udah siang, lain kali aja.” jawab Ozi sambil tersenyum.
Ketika Cinta melangkah ke halaman rumah, Ozi tiba-tiba kembali memanggil Cinta.
“Cinta, lo dah punya pacar pa belum? Kalau belum, lo mau gak jadi pacar gue?”
“Hah...jadi pacar lo? Gue pikir-pikir dulu deh ya, besok gue kabarin. Daa..Ozi?!”
Cinta masuk ke dalam rumah dan sempat bertemu mamanya di ruang keluarga.
“Siapa yang tadi nganter kamu pulang, Cin? Kok gak diajak masuk sih?” tanya mama Cinta.
“Cuma kaka kelas kok, Ma. Kebetulan dia tadi nawarin aku pulang bareng, ya aku mau aja itung-itung nyobai naik jaguar, kan belum pernah, hehehe...” jawab Cinta.
“Ya sudah, sana ganti baju, mama tunggu di meja makan, jangan lupa mandi dulu, Cin. Bau kamu tuh, mirip ayam kampung direbus” jawab mama Cinta sambil meledeknya.
“Iya...iya!!” sahut Cinta.
Malam hari, Cinta duduk di depan meja belajar. Ada beberapa PR yang harus dia kerjakan, tapi pikirannya tidak dapat fokus. Wajah Ozi dan Ridho terus menerus hadir di pikirannya silih berganti.
“Duh, kok jadi begini ya, gimana nih!? gue janji ama 2 cowok untuk menjawab tembakan mereka. Siapa yang gue pilih ya? Ridho sih baik banget, but Ozi tajir abis, keren lagi.”
Tanpa disadari oleh Cinta, mamanya ternyata sejak tadi sudah berdiri di belakang Cinta.
“Ngapain ngomong sendiri, Cin? Lagi bingung milih cowok ya?” tanya mama Cinta yang penasaran melihat tingkah anak perempuannya itu.
“Iya nih, Ma. Cinta ditembak 2 cowok sekaligus dan aku janji mau ngasih jawaban sama dua-duanya dalam satu-dua hari, Ma. Gimana ya?” jawab Cinta yang kebingungan.
“Gampang, terima aja dua-duanya, kan beres!” kata mama Cinta.
”Hah...?” jawab Cinta yang bingung dengan solusi dari mamanya.
Bel istirahat berbunyi tiga kali. Ozi sudah berdiri di depan kelas Cinta, menunggu Cinta keluar dari kelas.
“Hai, Cinta...gimana? Apa jawaban kamu? Gue diterima apa ditolak nih?”
Cinta gugup dan ketakutan, sambil melirik kanan kiri, Cinta cepat-cepat memberi jawaban.
“Gue terima lo, gue mau jadi cewek lo. Dah pergi gih sana. Gue gak enak sama anak-anak, ntar pulang sekolah bareng lagi ya.”
“Yeesss! Thank’s ya, ntar gue tunggu di tempat kemarin.”
Cinta menarik nafas lega, tapi kelegaan itu hanya beberapa detik dirasakannya, Ridho sudah berdiri di samping Cinta dengan raut wajah penuh curiga.
“Oh, itu...itu namanya Ozi. Dia anaknya omku yang tinggal di Menteng.”
“Ohhh...gue pikir dia mau nyaingin gue. Terus...apa kamu udah dapet jawabannya? Gue diterima gak nih?”
“Aku...aku mau jadi cewek kamu deh!”
“Yeesss! Thank’s ya, aku bangga bisa jadi pacar seorang cewek idola di sekolah ini, hehehe...”
Ridho mendekatkan wajahnya hendak mencium Cinta, tapi dengan cepat Cinta mundur satu langkah ke belakang.
“Hei mau ngapain sih, gila lo ya.”
“Hehehe...sorry deh, emangnya aku gak boleh minta cium ama pacar ya?”
Cinta meninggalkan Ridho yang masih penasaran ingin mendapatkan ciuman dari Cinta.
Sudah 3 bulan Cinta berhasil memainkan perannya dengan baik. Peran dalam skenario cinta dengan 2 laki-laki dalam satu sekolahan. Sejauh ini, Ridho masih tetap percaya bahwa Ozi itu benar-benar sepupunya. Dan Ozi pun tidak mencurigai hubungan Cinta dan Ridho. Pada suatu malam minggu, untuk pertama kalinya Ridho meminta izin kepada mama dan papanya Cinta untuk mengajak ke pasta ulang tahun temannya yang diadakan di MBC, sebuah diskotik yang lagi tren di kalangan ABG Jakarta. Malam itu Cinta menjadi pusat perhatian semua pengunjung MBC. Cinta terlihat sangat cantik dan seksi dengan baju tali kecil yang terbuka di belakangnya. Salah seorang VJ MTV yang dipilih untuk menjadi host pada malam itu mulai membuka permainan-permainan seru.
“Cinta, pulangnya jangan cepat-cepat ya, gue masih pengen lama dekat kamu, kan jarang-jarang kita bisa dugem kayak gini.”, kata Ridho memohon ke Cinta.
Cinta hanya tersenyum dalam rengkuhan tangan Ridho. Tiba-tiba Cinta melihat dari jauh sesosok laki-laki yang tidak asing buatnya. Laki-laki itu adalah Ozi.
“Wah, gawat!” ucap Cinta.
“Kenapa, Cin?” tanya Ridho.
“Aduh perutku tiba-tiba sakit nih, aku ke toilet dulu ya.”
“Ok, aku antar ya.”
“Jangan! Eh, maksudku, nggak usah, biar aku sendiri aja, kamu tunggu di sini aja ya.”
“Oke deh!”
Cinta berlari kecil sambil menyusup di deretan antrian beberapa orang yang hendak buang air kecil.
“Kamu ada di sini, Cin? katanya kamu gak boleh keluar malem?”
Cinta sangat kaget mendengar suara itu di belakangnya, suara yang ternyata adalah suaranya Ozi.
“Aduh...kamu ngagetin aku aja, untung jantungku gak copot. Aku ke sini sama pamanku, tuh dia yang lagi duduk di sana.”
Cinta menunjuk seorang bapak-bapak yang sedang duduk sendirian, dan padahal Cinta tidak kenal sama sekali sama bapak-bapak itu.
“Ohh..pantesan kamu bisa keluar malem. Aku gabung sama kamu ya sayang!” Ozi mulai genit merangkul Cinta dan mengajaknya duduk menghampiri bapak-bapak yang disebutnya paman tadi.
Cinta berhasil mengelabui Ozi, tapi akibatnya tiap 5 menit Cinta harus pamit ke toilet, secara bergantian. Cinta mengaku pada Ozi bahwa dia telah berhasil mengusir pamannya, dan Cinta berjanji akan pulang bersama Ozi. Setelah berkali-kali adegan tipuan toilet dilakukan oleh Cinta, akhirnya Ridho dan Ozi curiga. Diam-diam Ridho dan Ozi mengikuti Cinta dari belakang, dan mereka bertemu di toilet. Cinta kaget dan cepat-cepat masuk ke dalam toilet perempuan sehingga Ridho dan Ozi tidak bisa mengikutinya. Di luar toilet, Ridho dan Ozi menatap penuh curiga, sementara itu Cinta terus memutar otaknya untuk mencari jalan keluar dan untuk menyelamatkan diri. Cukup lama Ridho dan Ozi menunggu Cinta sampai akhirnya mereka berdua yakin kalau mereka berdua menunggu orang yang sama.
“Kamu Ozi, sepupunya Cinta, kan?”
“Sepupunya Cinta? kata siapa gue sepupuan sama Cinta? Gue ini pacarnya Cinta, lo siapa? Kayaknya gue sering liat lo di sekolah, lo sekelas sama Cinta kan?”
“Heh, denger baik-baik ya, gue ini pacarnya Cinta, dan Cinta sendiri yang bilang ke gue kalau lo itu sepupunya Cinta!!”
“Yaelah, berarti kita berdua ini udah jadi korban perempuan sialan itu!!”
Tanpa diduga Ridho dan Ozi mendobrak pintu toilet dan ternyata Cinta tidak ada di dalam toilet itu. Mereka tidak tahu kalau pada saat Ozi dan Ridho bersitegang, Cinta menyelinap keluar dari toilet dan langsung pulang naik taksi. Berhari-hari Cinta tidak bisa ditemui di sekolah maupun di rumahnya. Sampai pada suatu sore akhirnya Cinta mau menerima Ozi dan Ridho di rumahnya yang mewah itu. Melihat kecantikan Cinta, Ozi dan Ridho tidak bisa mengeluarkan umpatan dan kemarahan yang sejak berhari-hari mereka pendam.
“Kenapa pada diem? Gak jadi marahin gue? Ayo...pada marah dong, jangan diem gitu, kalau mau diem-dieman ngapain datang ke sini?!” ucap Cinta dengan rasa jengkel.
“Kenapa lo gak pernah masuk sekolah? Takut ya?”
“Takut??? heh...gue gak pernah masuk sekolah karena kemarin gue ikut papa ke Singapura, bukan karena takut. Lagian, apa yang perlu gue takutin, karena ngeboongin kalian berdua? Itu sih salah kalian sendiri, kenapa gampang ditipu. Kalau kalian tanya sama gue siapa yang harus gue pilih, jawaban gue dua-duanya. Gue mau ama Ozi, tapi gue juga mau ama Ridho. Kita cuma pacaran kan? Kalau buat nikah, nanti gue baru pilih salah satu. Tapi kalau cuma pacaran, gua mau dua-duanya. Nah, sekarang tinggal kalian berdua deh yang mikir, kira-kira mau nggak kalau kalian berdua jadi cowok gue? Kalau nggak mau ya gak papa.”
Ozi dan Ridho garuk-garuk kepala. Mereka tidak habis pikir dengan jalan pikiran Cinta. Mereka berdua belum pernah bertemu dengan perempuan senyentrik Cinta. Cinta tak merasa bersalah sedikitpun atas keputusannya untuk berpacaran dengan dua laki-laki sekaligus. Bagi Cinta, cintanya masih cinta biasa, cinta anak gadis yang masih terlalu dini untuk serius.
Akhirnya Ridho dan Ozi pamit pada Cinta dan mereka berdua sepakat untuk meninggalkan Cinta secara baik-baik. Mereka yakin bahwa Cinta adalah gadis yang sangat menyenangkan untuk dijadikan sahabat tapi tidak untuk dijadikan sebagai pacar.
_____