Angin berhebus lirih di keheningan malam..
Seirama dengan rintihan serangga riang...
Kala jemari bergerak mengusap air mata..
Menghapus segala jejak terlewati...
Sejenak kupandangi mayapada...
Rembulan tersenyum di apit bintang gumintang...
Namun senyumnya hambar tiada berperasaan...
Sinis, tiada sehangat kala itu...
Lantunan tawa kembali gairahkan rasa...
Merasuk menusuk sukma raga..
Namun entah mengapa...
Senyum yang kurasa kini jauh beda..
Apakah kau telah jemu...
Ataukah hatimu terbelenggu...
Atau.... sudah ada penggantiku..
Hingga ku merasa senyumu tak berarti bagiku...
Kucoba sirnakan bayanganmu... kucoba raibkan nada tawamu...
Namun kini ku belum mampu... tuk menanggalkan hasrat laraku...
Semudah itukah perubahanmu..
Semudah itukah kau berpaling dariku...
Lalu...apa arti semuanya...
Tangisanmu, gelak tawamu, janji manismu saat bersama dulu..
Kini ku berjalan tanpa bimbinganmu...
Ku melangkah tanpa petunjukmu..
Terjerumus dalam...dalam dan dalam...
Uluran tangan yang kuharapkn...
Tapi begitu tega...larian kecil kau pilih tuk menghindar dariku...
Hanya derita yang kurasa.
Hanya air mata menjadi teman setia..
Walau kau berkata "lupakan" semuanya...
Namun aku kan mencoba berkata "aku kan tetap setia"
Sampai ku menutup mata...
Seirama dengan rintihan serangga riang...
Kala jemari bergerak mengusap air mata..
Menghapus segala jejak terlewati...
Sejenak kupandangi mayapada...
Rembulan tersenyum di apit bintang gumintang...
Namun senyumnya hambar tiada berperasaan...
Sinis, tiada sehangat kala itu...
Lantunan tawa kembali gairahkan rasa...
Merasuk menusuk sukma raga..
Namun entah mengapa...
Senyum yang kurasa kini jauh beda..
Apakah kau telah jemu...
Ataukah hatimu terbelenggu...
Atau.... sudah ada penggantiku..
Hingga ku merasa senyumu tak berarti bagiku...
Kucoba sirnakan bayanganmu... kucoba raibkan nada tawamu...
Namun kini ku belum mampu... tuk menanggalkan hasrat laraku...
Semudah itukah perubahanmu..
Semudah itukah kau berpaling dariku...
Lalu...apa arti semuanya...
Tangisanmu, gelak tawamu, janji manismu saat bersama dulu..
Kini ku berjalan tanpa bimbinganmu...
Ku melangkah tanpa petunjukmu..
Terjerumus dalam...dalam dan dalam...
Uluran tangan yang kuharapkn...
Tapi begitu tega...larian kecil kau pilih tuk menghindar dariku...
Hanya derita yang kurasa.
Hanya air mata menjadi teman setia..
Walau kau berkata "lupakan" semuanya...
Namun aku kan mencoba berkata "aku kan tetap setia"
Sampai ku menutup mata...