seperti halnya menyukai senja yang tak perlu kujelaskan, aku selalu menyukai matamu.
menatap lebih dalam ke sana, lalu menenggelamkan diriku berlama-lama.
tidak ingin berlari lagi, segala penat seolah menemukan obatnya.
matamu selalu bisa menenangkan segala hal yang gusar.
mengenangkan semua yang sudah terlalu jauh berjalan.
aku melihat diriku semakin dalam, semakin tidak mau keluar dari matamu.
itulah sebabnya mengapa aku suka mengajakmu duduk berlama-lama.
terkadang tidak perlu banyak bicara.
kita hanya menikmati udara sambil saling menatap.
dalam hati, aku selalu memanjatkan doa, agar denganku saja kamu ingin menetap.
aku suka segala tentangmu, terlebih saat kamu cembertu dan cemburu.
tentu tidak dengan porsi yang berlebihan.
saat begitu, kamu selalu terlihat semakin memesona.
ingin rasanya kupeluk dan tidak ingin kulepas berlama-lama.
memeluk tubuhmu dan menatap matamu dalam waktu yang sama, adalah hal termanis dari jatuh cinta.
lalu, mengecup lembut keningmu, menyadari kita memang harus memperjuangkan rindu.
selalu akan mengusahakan terus bertemu agar tidak tumbuh lebat sendu.
aku juga suka saat kamu bermandi hujan.
tidak mandi hujan sungguhan, kamu hanya kebasahan.
sebab air hujan yang turun terlalu lebat.
kita berteduh di halte, menunggu angkutan, atau kadang saat hujan turun sepulang dari tepi laut.
kita berteduh di pinggir rumah yang sekaligus menjadi warung.
aku mengelap bias air yang membasahi pipimu, kamu malah sengaja memercikkan hujan ke wajahku.
lalu, kita tertawa sambil bermain air.
tidak berani mandi hujan sungguhan, kita hanya memainkan air yang turun dari ujung atap.
pada saat itu, matamu lebih menarik dari hujan manapun.
matamu adalah langit yang teduh dan meneduhkan.
begitulah aku, selalu terpesona oleh bening matamu.
selalu ingin mengurung diri di sana, menunda waktu dan membiarkan diriku tenggelam semakin dalam.
saat hujan begini, aku selalu didatangi kenang.
diajak berjalan ke tempat-tempat yang pernah kita datangi.
diselundupkan kembali ke saat-saat diam sembari menatap matamu.
semuanya menjadi terasa nyata, bahkan saat kamu tak pernah lagi ada.
saat kamu terlalu jauh dilarikan jarak.
namun, hujan memang selalu begitu.
selalu mengingatkan pada matamu, lalu entah mengapa, selalu saja sesuatu yang menghangatkan mataku.
menatap lebih dalam ke sana, lalu menenggelamkan diriku berlama-lama.
tidak ingin berlari lagi, segala penat seolah menemukan obatnya.
matamu selalu bisa menenangkan segala hal yang gusar.
mengenangkan semua yang sudah terlalu jauh berjalan.
aku melihat diriku semakin dalam, semakin tidak mau keluar dari matamu.
itulah sebabnya mengapa aku suka mengajakmu duduk berlama-lama.
terkadang tidak perlu banyak bicara.
kita hanya menikmati udara sambil saling menatap.
dalam hati, aku selalu memanjatkan doa, agar denganku saja kamu ingin menetap.
aku suka segala tentangmu, terlebih saat kamu cembertu dan cemburu.
tentu tidak dengan porsi yang berlebihan.
saat begitu, kamu selalu terlihat semakin memesona.
ingin rasanya kupeluk dan tidak ingin kulepas berlama-lama.
memeluk tubuhmu dan menatap matamu dalam waktu yang sama, adalah hal termanis dari jatuh cinta.
lalu, mengecup lembut keningmu, menyadari kita memang harus memperjuangkan rindu.
selalu akan mengusahakan terus bertemu agar tidak tumbuh lebat sendu.
aku juga suka saat kamu bermandi hujan.
tidak mandi hujan sungguhan, kamu hanya kebasahan.
sebab air hujan yang turun terlalu lebat.
kita berteduh di halte, menunggu angkutan, atau kadang saat hujan turun sepulang dari tepi laut.
kita berteduh di pinggir rumah yang sekaligus menjadi warung.
aku mengelap bias air yang membasahi pipimu, kamu malah sengaja memercikkan hujan ke wajahku.
lalu, kita tertawa sambil bermain air.
tidak berani mandi hujan sungguhan, kita hanya memainkan air yang turun dari ujung atap.
pada saat itu, matamu lebih menarik dari hujan manapun.
matamu adalah langit yang teduh dan meneduhkan.
begitulah aku, selalu terpesona oleh bening matamu.
selalu ingin mengurung diri di sana, menunda waktu dan membiarkan diriku tenggelam semakin dalam.
saat hujan begini, aku selalu didatangi kenang.
diajak berjalan ke tempat-tempat yang pernah kita datangi.
diselundupkan kembali ke saat-saat diam sembari menatap matamu.
semuanya menjadi terasa nyata, bahkan saat kamu tak pernah lagi ada.
saat kamu terlalu jauh dilarikan jarak.
namun, hujan memang selalu begitu.
selalu mengingatkan pada matamu, lalu entah mengapa, selalu saja sesuatu yang menghangatkan mataku.