Hampa...
Kian hampa hari yang terurai
Kian tawar tawa yang terpaksa
Semua yang kurasa hanya hampa
Semua mimpi hanya biasa
Tiada yang istimewa... semua biasa-biasa saja
Dirimu hadir...
Hanya sekejap
Yang menyibakkan tirai kelana
Oh... sejuta pesona
Hijau muda dan putih cempaka
Memerahi wajahmu yang jingga
Jingga membara...
Bias-bias cahaya yang terpantul
Melalui kisi sempit yang terajut
Menemani lewat rinai hujan senja
Menapak citra biru tua
Menyibak ruang hampa tepat di sudut relung jiwa
Puspa-puspa nila
Menangis oleh lenyapnya awan sang dewa
Yang pergi begitu saja
Biarlah... kata kecewa
Menegakkan tonggak pelajaran
Yang tiada ternilai harganya
Sumber: Majalah SMA 1 Ngawi “Bhaskara” tahun 1992.
Kian hampa hari yang terurai
Kian tawar tawa yang terpaksa
Semua yang kurasa hanya hampa
Semua mimpi hanya biasa
Tiada yang istimewa... semua biasa-biasa saja
Dirimu hadir...
Hanya sekejap
Yang menyibakkan tirai kelana
Oh... sejuta pesona
Hijau muda dan putih cempaka
Memerahi wajahmu yang jingga
Jingga membara...
Bias-bias cahaya yang terpantul
Melalui kisi sempit yang terajut
Menemani lewat rinai hujan senja
Menapak citra biru tua
Menyibak ruang hampa tepat di sudut relung jiwa
Puspa-puspa nila
Menangis oleh lenyapnya awan sang dewa
Yang pergi begitu saja
Biarlah... kata kecewa
Menegakkan tonggak pelajaran
Yang tiada ternilai harganya
- Destuma
Sumber: Majalah SMA 1 Ngawi “Bhaskara” tahun 1992.