Ayah... ijinkan aku ayah...
Bercerita tentang gerimis yang mengiringi kepergianmu
Atau hujan yang membasahi pilar nisanmu
Pohon kamboja mulai meranggas
Meski bunga kecil berteduh di bawah daun-daun kering
Puisi ini untuk mengenang satu tahun kepergian abu tercinta
Semoga semangatmu selalu menjelma dalam tubuh kami anakmu
Pada puisi aku datang ayah
Bukan hendak menggugat takdir kematianmu
Atau menghujat sangat pemilik maut
Kali ini ingin aku katakan kepergianmu
adalah pelajaran tanpa kamus perenungan panjang untuk dipahami
Bahwa hidup adalah pembuktian
Tuk wujudkan syukur dan sabar
Ketika harus menjalani skenarioNya
Pada puisi aku akan kembali menemui ayah lewat catatanku
Yang mengajariku tentang arti kematian
Bila esok telah kutemukan
Muara kasihNya tak bertepi
Akan kuceritakan kembali 356 malam kepergianmu
Dan sepuluh bunga yg masih berteduh di bawah kamboja...
Bercerita tentang gerimis yang mengiringi kepergianmu
Atau hujan yang membasahi pilar nisanmu
Pohon kamboja mulai meranggas
Meski bunga kecil berteduh di bawah daun-daun kering
Puisi ini untuk mengenang satu tahun kepergian abu tercinta
Semoga semangatmu selalu menjelma dalam tubuh kami anakmu
Pada puisi aku datang ayah
Bukan hendak menggugat takdir kematianmu
Atau menghujat sangat pemilik maut
Kali ini ingin aku katakan kepergianmu
adalah pelajaran tanpa kamus perenungan panjang untuk dipahami
Bahwa hidup adalah pembuktian
Tuk wujudkan syukur dan sabar
Ketika harus menjalani skenarioNya
Pada puisi aku akan kembali menemui ayah lewat catatanku
Yang mengajariku tentang arti kematian
Bila esok telah kutemukan
Muara kasihNya tak bertepi
Akan kuceritakan kembali 356 malam kepergianmu
Dan sepuluh bunga yg masih berteduh di bawah kamboja...