Jalan gaduh tempat dada bersimpuh
kata orang pelarian dari malam sepi,
langkahku menuju
kota larut carut-marut
Tapi padamu lembaran kusuka
dibuka saksama, hati-hati barangkali ada secarik sayang kelupaan
Sebagai doa, saban hari disemoga
"Semoga jangan pernah luntur."
Sebab ingat teguh pelukmu tak sempat menua
di sepanjang jalan,
kakiku menghitung usia
Siapa tak lagi muda
Ataukah diriku sewaktu menemukanmu di putaran komidi
Sedang bau malam melerai usai
Di sepanjang jalan itu, kutatap wajahmu segala arah; mataku berubah
selain bayangmu, fungsinya lamur
Sebab kita ialah letup bara
menyala-nyala tiada luka
dan rasa anti padam dikekang umur
Tapi di jalanan riuh,
keramaian mengembalikan nyawaku penuh,
"Bu, cintaku selalu butuh rengkuh di susumu yang sepuh."
(Jawa, 13 Oktober 2017)
kata orang pelarian dari malam sepi,
langkahku menuju
kota larut carut-marut
Tapi padamu lembaran kusuka
dibuka saksama, hati-hati barangkali ada secarik sayang kelupaan
Sebagai doa, saban hari disemoga
"Semoga jangan pernah luntur."
Sebab ingat teguh pelukmu tak sempat menua
di sepanjang jalan,
kakiku menghitung usia
Siapa tak lagi muda
Ataukah diriku sewaktu menemukanmu di putaran komidi
Sedang bau malam melerai usai
Di sepanjang jalan itu, kutatap wajahmu segala arah; mataku berubah
selain bayangmu, fungsinya lamur
Sebab kita ialah letup bara
menyala-nyala tiada luka
dan rasa anti padam dikekang umur
Tapi di jalanan riuh,
keramaian mengembalikan nyawaku penuh,
"Bu, cintaku selalu butuh rengkuh di susumu yang sepuh."
(Jawa, 13 Oktober 2017)