hai, gimana kabarnya sekarang?
kini rasanya sudah mati sampai pada titik
hatiku rehat, berhenti mencari, berhenti untuk tidak mengganti
agar kalau nanti kamu sedih, pundakku masih ada gunanya
kamu terlalu sibuk pergi-pergi,
sampai kamu tidak lihat lagi aku di sini ketinggalan, masih dengan rasa yang sama
jadi penonton hidupmu adalah salah satu cara perhatianku yang paling dalam
untuk sekedar memastikan hari-harimu baik, tawamu masih sama, bahkan lekukan senyum di bibirmu yang aku masih hafal betul gimana dalamnya
mungkin aku akan menjadi orang pertama yang datang saat kamu sedih
saat hari-hari beratmu datang, percayalah masih ada pundak yang siap kamu tumpangi ribuan masalah
jangan sedih-sedih lagi ya
resiko jadi manusia memang begitu
kamu akan mudah kehilangan, rentan akan kegagalan
bahkan, kadang kita disuruh berteman dengan kesepian
aku ontohnya, sudah gagal memilikimu
yang sebenarnya aku kesepian karena rasa yang kuberi berbalas cuma satu arah
sampai pada akhirnya aku kehilangan rasa untuk memiliki siapa-siapa
yang aku tahu sekarang hanyalah aku akan menjadi penjagamu sampai kapanpun
menemanimu bertumbuh, melihatmu berkembang dan menjadi tameng yang bertaik atas siapapun yang akan menyerangmu
mungkin, aku ini akan menjadi teman yang terlalu lancang
memendam rasa sendirian, demi bisa melihat manusia yang kusayang tetap hidup di sampingku tapi tidak dalam pelukanku
karena demi sedalam-dalamnya rasa, kadang memiliki bukan lagi hal terindah yang harus terjadi
tapi sekedar menemani, sudah cukup untuk buat sedikit bahagia
meski, kadang bahagiaku pura-pura
ego memaksa untuk memeluk, tapi naluri berkata untuk yasudahlah jangan dipaksa
setidaknya, pundakku masih ada gunanya
setidaknya, sedihnya masih butuh bahuku untuk menangis
dan setidaknya, masih aku satu-satunya manusia yang siap untuk jadi penolong terbaiknya
perkara hati memang susah dipaksa
kita tidak bisa memilih dengan siapa hati ini akan jatuh
tapi kita bisa menentukan, hati mana yang sekiranya layak untuk kita jaga
dan di kamu itu, hatinya baik
jadi biarkan aku untuk terus jadi penjagamu yang nomor satu, meski kamu tidak harus tahu
karena aku takut kehilangan dua arah, aku sudah tidak bisa memilikimu
jadi aku tidak mau egois untuk resiko besar akan kehilanganmu seutuhnya
jadi, rasanya sengaja aku kubur dalam-dalam
terlalu dalam, sampai akhirnya aku mati rasa
kini rasanya sudah mati sampai pada titik
hatiku rehat, berhenti mencari, berhenti untuk tidak mengganti
agar kalau nanti kamu sedih, pundakku masih ada gunanya
kamu terlalu sibuk pergi-pergi,
sampai kamu tidak lihat lagi aku di sini ketinggalan, masih dengan rasa yang sama
jadi penonton hidupmu adalah salah satu cara perhatianku yang paling dalam
untuk sekedar memastikan hari-harimu baik, tawamu masih sama, bahkan lekukan senyum di bibirmu yang aku masih hafal betul gimana dalamnya
mungkin aku akan menjadi orang pertama yang datang saat kamu sedih
saat hari-hari beratmu datang, percayalah masih ada pundak yang siap kamu tumpangi ribuan masalah
jangan sedih-sedih lagi ya
resiko jadi manusia memang begitu
kamu akan mudah kehilangan, rentan akan kegagalan
bahkan, kadang kita disuruh berteman dengan kesepian
aku ontohnya, sudah gagal memilikimu
yang sebenarnya aku kesepian karena rasa yang kuberi berbalas cuma satu arah
sampai pada akhirnya aku kehilangan rasa untuk memiliki siapa-siapa
yang aku tahu sekarang hanyalah aku akan menjadi penjagamu sampai kapanpun
menemanimu bertumbuh, melihatmu berkembang dan menjadi tameng yang bertaik atas siapapun yang akan menyerangmu
mungkin, aku ini akan menjadi teman yang terlalu lancang
memendam rasa sendirian, demi bisa melihat manusia yang kusayang tetap hidup di sampingku tapi tidak dalam pelukanku
karena demi sedalam-dalamnya rasa, kadang memiliki bukan lagi hal terindah yang harus terjadi
tapi sekedar menemani, sudah cukup untuk buat sedikit bahagia
meski, kadang bahagiaku pura-pura
ego memaksa untuk memeluk, tapi naluri berkata untuk yasudahlah jangan dipaksa
setidaknya, pundakku masih ada gunanya
setidaknya, sedihnya masih butuh bahuku untuk menangis
dan setidaknya, masih aku satu-satunya manusia yang siap untuk jadi penolong terbaiknya
perkara hati memang susah dipaksa
kita tidak bisa memilih dengan siapa hati ini akan jatuh
tapi kita bisa menentukan, hati mana yang sekiranya layak untuk kita jaga
dan di kamu itu, hatinya baik
jadi biarkan aku untuk terus jadi penjagamu yang nomor satu, meski kamu tidak harus tahu
karena aku takut kehilangan dua arah, aku sudah tidak bisa memilikimu
jadi aku tidak mau egois untuk resiko besar akan kehilanganmu seutuhnya
jadi, rasanya sengaja aku kubur dalam-dalam
terlalu dalam, sampai akhirnya aku mati rasa