Wahai hati yang menderita
Masih sakitkah dan hancur dirimu
Masihkah tersedia setetes air mata untuk meratap
Menangisi cerita hidup yang penuh hitam.
Hidup ini seperti pelangi
Untuk bisa melihat indahnya warna
Kau harus melewati hitamnya hujan
Untuk bisa merasa manisnya bahagia
Kau harus merasakan sakitnya derita.
Kuatkanlah wahai teman
Kau tak sendiri
Ada aku di sini yang menyulam untaian duka
Ada aku di sini yang memohon sepotong bahagia.
Masihkah kau buta melihat?
Masihkah kau tuli mendengar?
Bahwa engkau tak sendiri di sudut kelam
Ada aku yang menjadi selaksa debu bak benalu.
Menangislah
Air mata tak kan dicipta
Jika kita kuat bagai karang di laut
Karena kita adalah setiap kesedihan yang diterbangkan do'a-do'a.
Masih sakitkah dan hancur dirimu
Masihkah tersedia setetes air mata untuk meratap
Menangisi cerita hidup yang penuh hitam.
Hidup ini seperti pelangi
Untuk bisa melihat indahnya warna
Kau harus melewati hitamnya hujan
Untuk bisa merasa manisnya bahagia
Kau harus merasakan sakitnya derita.
Kuatkanlah wahai teman
Kau tak sendiri
Ada aku di sini yang menyulam untaian duka
Ada aku di sini yang memohon sepotong bahagia.
Masihkah kau buta melihat?
Masihkah kau tuli mendengar?
Bahwa engkau tak sendiri di sudut kelam
Ada aku yang menjadi selaksa debu bak benalu.
Menangislah
Air mata tak kan dicipta
Jika kita kuat bagai karang di laut
Karena kita adalah setiap kesedihan yang diterbangkan do'a-do'a.
- Rayhandi