1
Perang di Utara
tak teramal dalam siasat
badai salju mengamuk
kami terdesak
Aku tak bisa
menghubungi-mu lagi
Izrail gentayangan
pada hari ke-900
di kota yang kami kepung
namun pedang mautnya
berkedip ke legam jantung kami
Langit sesak gejolak
seperti pertapa yang terusik
Sungguh tangguh Beruang Kutub
berbaret merah darah, merah kematian
dengusnya lebih dingin dari El Nino
arwahnya direndam
di Selat Siberia
Aku memang
tak terbunuh
tapi sudah ku katakan
aku tak bisa menghubungi-mu lagi
2
Ini subuh pertama di Jampang Kulon
jejak hujan tertahan di langit
seperti cipratan cat
dari kuas pelukis ekspresionis
tanpa semburat fajar
langit menutup diri
bahkan untuk doa berkelana
Terang tanah perlahan bangkit
gugus kabut dan awan bakal hujan
mencipta bayangan
sial sungguh
karena masih juga
wajah apel-mu
seakan seringai wali kota
menertawakan penyair
rasul yang dikira kalah itu
3
Rasul atau penyair
tak pernah kalah
walau sering dikira
mudah menyerah
4
Aku berkelana lagi
seturut takdir memandu
tahun baruku terdampar
di pantai-pantai bernyanyi
Di tanah para jawara
aku melapas kata
menjelma cahaya
yang selalu tahu
cara menahan kegelapan
dan sudah kukatakan
aku tak bisa menghubungi-mu lagi
Di tanah para jawara
aku menerima perjanjian
yang tersisa
dan yang bakal terentang
bukan milikku
Sepenggal daulat
sebutir takdir
melesat bersama langkahku
sebermula selalu kata
- Sukabumi, 2016 -
Sumber: Media Indonesia, 15 Mei 2016.
Perang di Utara
tak teramal dalam siasat
badai salju mengamuk
kami terdesak
Aku tak bisa
menghubungi-mu lagi
Izrail gentayangan
pada hari ke-900
di kota yang kami kepung
namun pedang mautnya
berkedip ke legam jantung kami
Langit sesak gejolak
seperti pertapa yang terusik
Sungguh tangguh Beruang Kutub
berbaret merah darah, merah kematian
dengusnya lebih dingin dari El Nino
arwahnya direndam
di Selat Siberia
Aku memang
tak terbunuh
tapi sudah ku katakan
aku tak bisa menghubungi-mu lagi
2
Ini subuh pertama di Jampang Kulon
jejak hujan tertahan di langit
seperti cipratan cat
dari kuas pelukis ekspresionis
tanpa semburat fajar
langit menutup diri
bahkan untuk doa berkelana
Terang tanah perlahan bangkit
gugus kabut dan awan bakal hujan
mencipta bayangan
sial sungguh
karena masih juga
wajah apel-mu
seakan seringai wali kota
menertawakan penyair
rasul yang dikira kalah itu
3
Rasul atau penyair
tak pernah kalah
walau sering dikira
mudah menyerah
4
Aku berkelana lagi
seturut takdir memandu
tahun baruku terdampar
di pantai-pantai bernyanyi
Di tanah para jawara
aku melapas kata
menjelma cahaya
yang selalu tahu
cara menahan kegelapan
dan sudah kukatakan
aku tak bisa menghubungi-mu lagi
Di tanah para jawara
aku menerima perjanjian
yang tersisa
dan yang bakal terentang
bukan milikku
Sepenggal daulat
sebutir takdir
melesat bersama langkahku
sebermula selalu kata
- Sukabumi, 2016 -
Sumber: Media Indonesia, 15 Mei 2016.