heit, lidahku tak pandai berdusta,
hanya bisa bilang jangan atau sila.
kuasaku tak sampai pada titah,
hanya berdiam pada pasrah.
tapi jangan pernah membentak,
karena aku ciut tak.
pula percuma menghiba,
sebab aku tiada penenggang rasa.
jika hendak jadi penakluk,
mengapa kau cuma mampu mengetuk.
jika berani mengaku menantu,
mengapa kau tak gandeng anakku.
ah, lihai benar kau menyuguh rayu,
untung aku tak tertipu.
mahir juga kau menukar rupa,
untung aku bukan pelupa.
sungguh, tiada aku penentu musti,
kecuali karena pesuruh hati.
sumpah, tiada aku pengingkar janji,
kecuali karena linggis pencuri.
(Medan, 2008)
hanya bisa bilang jangan atau sila.
kuasaku tak sampai pada titah,
hanya berdiam pada pasrah.
tapi jangan pernah membentak,
karena aku ciut tak.
pula percuma menghiba,
sebab aku tiada penenggang rasa.
jika hendak jadi penakluk,
mengapa kau cuma mampu mengetuk.
jika berani mengaku menantu,
mengapa kau tak gandeng anakku.
ah, lihai benar kau menyuguh rayu,
untung aku tak tertipu.
mahir juga kau menukar rupa,
untung aku bukan pelupa.
sungguh, tiada aku penentu musti,
kecuali karena pesuruh hati.
sumpah, tiada aku pengingkar janji,
kecuali karena linggis pencuri.
(Medan, 2008)