ambang kemarau, badai bersuling: laut dan gelombang
matahari terapung di belahan karang
dan di pulau yang jauh, cuaca mendidih, udara digulung awan putih
“panas sekali negeri ini, lumpur membersit dari perut bumi
musim melipatnya: ratap dan tangis berkayuh di permukaannya”
maka orang-orangpun berjalan, berangkat ke dusun-dusun pengungsian
mendirikan tenda disorot tajam mata gunung api
bila malam, bulan berenang sunyi: membuhul-buhul waktu
dari senja ke pagi
“kemarau tak mau habis, suara-suara tangis
di hadapan badai dan matahari”
dunia bersulang: demikianlah sejarah
tenggelam di rusuk pelangi
memintal negeri ini dalam warna-warna tak berupa
hanya suara! suara.
(Dangau, 11)
matahari terapung di belahan karang
dan di pulau yang jauh, cuaca mendidih, udara digulung awan putih
“panas sekali negeri ini, lumpur membersit dari perut bumi
musim melipatnya: ratap dan tangis berkayuh di permukaannya”
maka orang-orangpun berjalan, berangkat ke dusun-dusun pengungsian
mendirikan tenda disorot tajam mata gunung api
bila malam, bulan berenang sunyi: membuhul-buhul waktu
dari senja ke pagi
“kemarau tak mau habis, suara-suara tangis
di hadapan badai dan matahari”
dunia bersulang: demikianlah sejarah
tenggelam di rusuk pelangi
memintal negeri ini dalam warna-warna tak berupa
hanya suara! suara.
(Dangau, 11)