Puisi Laut Karya Abdul Hadi W.M

Dan aku pun memandang ke laut yang bangkit ke arahku

selalu kudengar selamat paginya dengan ombak berbuncah-buncah

dan selamat pagi laut kataku pula, siapa bersamamu menyanyi setiap malam

menyanyikan yang tak ada atau pagi atau senja? atau kata-kata

laut menyanyi lagi, laut mendengar semua yang kubisikkan padanya perlahan-lahan

selamat pagi laut kataku dan laut pun tersenyum, selamat pagi katanya

suaranya kedengaran seperti angin yang berembus di rambutku, igauan waktu di ubun-ubun

dan di atas sana hanya bayang-bayang dari sinar matahari yang kuning keperak-perakan

dan alun yang berbincang-bincang dengan pasir, tiram, lokan dan rumput-rumput di atas karang

dan burung-burung bebas itu di udara bagai pandang asing kami yang lupa

selamat pagi laut kataku dan selamat pagi katanya tertawa-tawa

kemudian bagai sepasang kakek dan nenek yang sudah lama bercinta kami pun terdiam

kami pun diam oleh tulang belulang kami dan suara sedih kami yang saling geser dan terkam menerkam

kalau maut suatu kali mau mengeringkan tubuh kami biarlah kering juga air mata kami

atau bisikan ini yang senantiasa merisaukan engkau: siapakah di antara kami

yang paling luas dan dalam, air kebalaunya atau hati kami tempat kabut dan sinar selam menyelam?

Tapi laut selalu setia tak pernah bertanya, ia selalu tersenyum dan bangkit ke arahku

laut melemparkan aku ke pantai dan aku melemparkan laut ke batu-batu karang

andai di sana ada perempuan telanjang atau kanak-kanak atau saatmu dipulangkan petang

laut tertawa padaku, selamat malam katanya dan aku pun ketawa pada laut, selamat malam kataku

dan atas selamat malam kami langit tergunang-guncang dan jatuh ke cakrawala senja

begitulah tak ada sebenarnya kami tawakan dan percakapkan kecuali sebuah sajak lama:

aku cinta pada laut, laut cinta padaku dan cinta kami seperti kata-kata dan hati yang mengucapkannya
(1973)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama