Kau mengemas tahun-tahun ke dalam catatan-catatan rapuh yang sembunyi.
Tapi seringkali rahasia adalah dingin lantai bawah tanah yang gelap.
Orang-orang membakar kata-kata, tapi di dinding rumahmu alfabet-alfabet acak seperti hujan yang tak menyakiti, serupa kata-kata penghiburan untuk duka yang segera tiba.
Liesel, seperti kau tahu, dari buku yang kau sembunyikan di saku jaket, benderang akan padam.
Begitu juga warna-warni senja yang mati di ujung jembatan.
Kelak, di lagu terakhir, Liesel, ada yang tak terucapkan not –not akordeon itu:
Mimpi ysng hangus di halaman belakang dan kesedihan yang tiba-tiba mengecup puncak kepalamu.
Sumber: Riau Realita, 31 Agustus 2016.
Tapi seringkali rahasia adalah dingin lantai bawah tanah yang gelap.
Orang-orang membakar kata-kata, tapi di dinding rumahmu alfabet-alfabet acak seperti hujan yang tak menyakiti, serupa kata-kata penghiburan untuk duka yang segera tiba.
Liesel, seperti kau tahu, dari buku yang kau sembunyikan di saku jaket, benderang akan padam.
Begitu juga warna-warni senja yang mati di ujung jembatan.
Kelak, di lagu terakhir, Liesel, ada yang tak terucapkan not –not akordeon itu:
Mimpi ysng hangus di halaman belakang dan kesedihan yang tiba-tiba mengecup puncak kepalamu.
Sumber: Riau Realita, 31 Agustus 2016.