Entah sejak kapan dan entah bermula karena apa
tanpa kita sadari engkau dan aku telah menjelma
lilin yang menyala sepanjang malam-malam
yang perih dan senyap
tak pernah ada yang mempersoalkan lelehmu
ke sekujur tubuhku, lelehku ke sekujur tubuhmu
aku dan engkau lebur di piring kaca yang sama
aku dan engkau menyala di malam-malam yang luka
nyala kita sangat sederhana dalam ruang kecil
hanya temaram yang perih dan senyap
tetapi siangnya kita adalah matahari
yang selalu mengalirkan keringat dari setiap gerak
yang selalu membangun cita-cita
kita serupa tidak peduli pada masing-masing
tubuh yang lebur dan meleleh.
(Jaspinka, 2018)
tanpa kita sadari engkau dan aku telah menjelma
lilin yang menyala sepanjang malam-malam
yang perih dan senyap
tak pernah ada yang mempersoalkan lelehmu
ke sekujur tubuhku, lelehku ke sekujur tubuhmu
aku dan engkau lebur di piring kaca yang sama
aku dan engkau menyala di malam-malam yang luka
nyala kita sangat sederhana dalam ruang kecil
hanya temaram yang perih dan senyap
tetapi siangnya kita adalah matahari
yang selalu mengalirkan keringat dari setiap gerak
yang selalu membangun cita-cita
kita serupa tidak peduli pada masing-masing
tubuh yang lebur dan meleleh.
(Jaspinka, 2018)