dingin sekali malam ini, rintik embun, beku di daun-daun
kuhanyutkan jiwa di nyala lampu, pijarnya merenangi darah
dan nadi berdenyut, menggamit langit yang kusut
“o, pintu belum kututup, masuklah!”
bayang-bayang berdiri, mengetuk-ngetuk dinding hari
di matanya mimpi mendidih, gelegak rindu membuih
“kita bersulang, dalam gelas yang sama; mereguk cairan sunyi
dalam dekapan hampa yang menyala!”
bayang-bayang melangkah, rintik embun memisah
antara daging, tulang dan pembuluh darah
hangat sekali malam ini, di segala sudut
lampu menyala; gemuruh sunyi melata, lengang jadi gempita
seketika kitapun hanyut dalam siul angin
ke lokasi mimpi, warna-warni.
(Dangau: Padang Japang, 11)
kuhanyutkan jiwa di nyala lampu, pijarnya merenangi darah
dan nadi berdenyut, menggamit langit yang kusut
“o, pintu belum kututup, masuklah!”
bayang-bayang berdiri, mengetuk-ngetuk dinding hari
di matanya mimpi mendidih, gelegak rindu membuih
“kita bersulang, dalam gelas yang sama; mereguk cairan sunyi
dalam dekapan hampa yang menyala!”
bayang-bayang melangkah, rintik embun memisah
antara daging, tulang dan pembuluh darah
hangat sekali malam ini, di segala sudut
lampu menyala; gemuruh sunyi melata, lengang jadi gempita
seketika kitapun hanyut dalam siul angin
ke lokasi mimpi, warna-warni.
(Dangau: Padang Japang, 11)