Teruntuk Ibuku sayang
Maaf, aku belum bisa pulang
Mengadu nasib di negeri orang
Kerap begadang demi peluang
Iya, aku masih ingat kau pernah bilang bahwa yang terpenting bukanlah uang
Namun, aku tak ingin hari tuamu serba kurang hanya karena aku tidak cukup keras berjuang
Bertanding kasih denganmu, aku takkan menang, karena demi aku, maut pun rela kau tantang
Tapi Ibu, izinkan anakmu membanting tulang
Seberes urusan, aku akan secepatnya datang
Karena di punggung tanganmu yang tenang adalah tempat keningku berpulang
Dan berjemaah denganmu kala sembahyang adalah kebahagiaan yang tak pernah lekang
Maaf, aku belum bisa pulang
Mengadu nasib di negeri orang
Kerap begadang demi peluang
Iya, aku masih ingat kau pernah bilang bahwa yang terpenting bukanlah uang
Namun, aku tak ingin hari tuamu serba kurang hanya karena aku tidak cukup keras berjuang
Bertanding kasih denganmu, aku takkan menang, karena demi aku, maut pun rela kau tantang
Tapi Ibu, izinkan anakmu membanting tulang
Seberes urusan, aku akan secepatnya datang
Karena di punggung tanganmu yang tenang adalah tempat keningku berpulang
Dan berjemaah denganmu kala sembahyang adalah kebahagiaan yang tak pernah lekang