kau keraskan kalbunya
bagi batu membesi benar
timbul telangkaimu bertongkat urat
ditunjang pengacara petah fasih
Di hadapan lawanmu
tongkatnya melingkar merupa ular
tangannya putih , putih penyakit
kekayaanmu nyata terlihat terang
Kakasihmu ditindasnya terus
tangan tapi bersembunyi
mengunci bagi pateri
kalbu ratu rat rapat
Kau pukul raja-dewa
sembilan cambuk melecut dada
putera mula penganti diri
pergi kembali ke asal asli.
Bertanya aku kekasihku
permainan engkau permainkan
kau tulis kau paparkan
kausampaikan dengan lisan
Bagaimana aku menimbang
kaulipu lipatkan
kau kelam kabutkan
kalbu ratu dalam genggammu
Kau hamparkan badan
di tubir bibir penaka durjana
jadi tanda di hari muka
Bagaimana aku menimbang
kekasihku astana sayang
ratu restu telaga sempana
kekasihku mengunci hati
bagi tali disimpul mati.
bagi batu membesi benar
timbul telangkaimu bertongkat urat
ditunjang pengacara petah fasih
Di hadapan lawanmu
tongkatnya melingkar merupa ular
tangannya putih , putih penyakit
kekayaanmu nyata terlihat terang
Kakasihmu ditindasnya terus
tangan tapi bersembunyi
mengunci bagi pateri
kalbu ratu rat rapat
Kau pukul raja-dewa
sembilan cambuk melecut dada
putera mula penganti diri
pergi kembali ke asal asli.
Bertanya aku kekasihku
permainan engkau permainkan
kau tulis kau paparkan
kausampaikan dengan lisan
Bagaimana aku menimbang
kaulipu lipatkan
kau kelam kabutkan
kalbu ratu dalam genggammu
Kau hamparkan badan
di tubir bibir penaka durjana
jadi tanda di hari muka
Bagaimana aku menimbang
kekasihku astana sayang
ratu restu telaga sempana
kekasihku mengunci hati
bagi tali disimpul mati.
Tags:
Amir Hamzah