Mentari menyingsing di ufuk timur. Tangan kita berpegangan. Bahasa terindah kita adalah keheningan. Huruf terindah kita adalah kerinduan. kata-kata terindah kita adalah kau dan aku saling mendoakan. Kita tak mampu mendefinisakan apa yang kita rasa. Kita berdua hanya tahu bahwa ini indah walau tak bernama.
Setelah malam demi malam kau menahan perih peninggalan masa lampau, setelah minggu demi minggu kau mencoba untuk tidak lagi jatuh hati, setelah purnama demi purnama aku tak jua henti menanti, kita memutuskan untuk mencoba. Seberat apapun hidup. Sehebat apapun perbedaan, kita memutuskan untuk mencoba.
Jatuh cinta memang tak pernah direncanakan, tapi membina sebuah komitmen, butuh perencanaan. Mabuk kepayang itu mudah. Kau hanya perlu mereguk suka cita sebanyak-banyaknya. Yang sulit itu menghadapi resiko terjaga dari mabuk tanpa ada siapapun di sebelahmu. Jatuh cinta itu mudah kau hanya perlu terpanah asmara, lalu jatuh. Yang sulit itu menghadapi resiko berdiri sendirian dengan hati yang terluka. Kasmaran itu mudah. Kau hanya perlu senyum-senyum sendiri setiap akan berangkat tidur. Yang sulit itu menghadapi resiko terbangun dengan hati yang patah tanpa ada yang mampu merekatkannya kembali.
Kenapa aku mau menghadapi semua resiko itu? Karena duduk di sebelahmu sambil memandang matamu, merasakan jantungku ingin meledak, lalu melihat senyumanmu menghentikan duniaku, resiko apapun jadi tak berarti untuk ditempuh. Bersamamu, kesulitan-kesulitan tersebut menjadi tiada.
Kau bertanya, mengapa harus engkau? Aku tidak pernah punya jawabannya. Aku rasa kita tidak bisa memilih siapa yang patut kita taruh dalam hati kita. Kau pernah meragu, apa hebatnya dirimu. Aku tak perlu menjawab itu. Lihat saja bagaimana kau selalu mampu membuat aku tersenyum, seburuk apapun hari yang kulalui.
Di belakangmu ada rasa sakit, di depanmu ada kisah baru, di sebelahmu ada aku yang takkan pernah pergi. Kau hanya perlu mengubah caramu melihat.
Susah dan senang, jatuh dan bangun, gembira dan terluka, aku bersamamu. Aku bersamamu untuk menuntun, bukan menuntut; menggandeng, bukan menarik paksa; mempercayai, bukan mencurigai; membahagiakan, bukan membahayakan. Jadi, jangan menyerah…. Jangan hari ini.
Setelah malam demi malam kau menahan perih peninggalan masa lampau, setelah minggu demi minggu kau mencoba untuk tidak lagi jatuh hati, setelah purnama demi purnama aku tak jua henti menanti, kita memutuskan untuk mencoba. Seberat apapun hidup. Sehebat apapun perbedaan, kita memutuskan untuk mencoba.
Jatuh cinta memang tak pernah direncanakan, tapi membina sebuah komitmen, butuh perencanaan. Mabuk kepayang itu mudah. Kau hanya perlu mereguk suka cita sebanyak-banyaknya. Yang sulit itu menghadapi resiko terjaga dari mabuk tanpa ada siapapun di sebelahmu. Jatuh cinta itu mudah kau hanya perlu terpanah asmara, lalu jatuh. Yang sulit itu menghadapi resiko berdiri sendirian dengan hati yang terluka. Kasmaran itu mudah. Kau hanya perlu senyum-senyum sendiri setiap akan berangkat tidur. Yang sulit itu menghadapi resiko terbangun dengan hati yang patah tanpa ada yang mampu merekatkannya kembali.
Kenapa aku mau menghadapi semua resiko itu? Karena duduk di sebelahmu sambil memandang matamu, merasakan jantungku ingin meledak, lalu melihat senyumanmu menghentikan duniaku, resiko apapun jadi tak berarti untuk ditempuh. Bersamamu, kesulitan-kesulitan tersebut menjadi tiada.
Kau bertanya, mengapa harus engkau? Aku tidak pernah punya jawabannya. Aku rasa kita tidak bisa memilih siapa yang patut kita taruh dalam hati kita. Kau pernah meragu, apa hebatnya dirimu. Aku tak perlu menjawab itu. Lihat saja bagaimana kau selalu mampu membuat aku tersenyum, seburuk apapun hari yang kulalui.
Di belakangmu ada rasa sakit, di depanmu ada kisah baru, di sebelahmu ada aku yang takkan pernah pergi. Kau hanya perlu mengubah caramu melihat.
Susah dan senang, jatuh dan bangun, gembira dan terluka, aku bersamamu. Aku bersamamu untuk menuntun, bukan menuntut; menggandeng, bukan menarik paksa; mempercayai, bukan mencurigai; membahagiakan, bukan membahayakan. Jadi, jangan menyerah…. Jangan hari ini.