semula sajak ini hendak berkisah
perihal alismu yang tebal
aroma kretek yang tertinggal di bibirmu
yang membuatku betah mengulumnya.
sajak ini ingin sekali merekam tubuhmu
yang jangkung dan ranum
yang menderu ketika tersentuh jariku.
di kaki gunung merapi kala itu
bulan juli terasa lembap
kemurungan berkelebat cepat.
kau bilang
gelap hanya ada di malam hari
dan itu singkat, tak melukai.
seperti melihat film pendek
mungkin menyakiti mata tapi ringkas
tak melewati tiga puluh menit.
kau bilang
segala yang dapat menjelma kesedihan
mesti segera dipadamkan.
jangan biarkan ketel berbunyi panjang,
lekas matikan api.
kau kian lihai membelakangi kenyataan
tak ada masa silam dan masa depan
di peta hidupmu.
sajak ini tersesat
setelah kau menunjukkan
arah tetap hatimu.
perihal alismu yang tebal
aroma kretek yang tertinggal di bibirmu
yang membuatku betah mengulumnya.
sajak ini ingin sekali merekam tubuhmu
yang jangkung dan ranum
yang menderu ketika tersentuh jariku.
di kaki gunung merapi kala itu
bulan juli terasa lembap
kemurungan berkelebat cepat.
kau bilang
gelap hanya ada di malam hari
dan itu singkat, tak melukai.
seperti melihat film pendek
mungkin menyakiti mata tapi ringkas
tak melewati tiga puluh menit.
kau bilang
segala yang dapat menjelma kesedihan
mesti segera dipadamkan.
jangan biarkan ketel berbunyi panjang,
lekas matikan api.
kau kian lihai membelakangi kenyataan
tak ada masa silam dan masa depan
di peta hidupmu.
sajak ini tersesat
setelah kau menunjukkan
arah tetap hatimu.