dengan rantai ia membiakkan kemarahan
tak ada pintu atau jendela
yang meluap hanya kolam
dan bola matanya seperti diserbu pasukan asap
memerah menjadi percik bara
sesuatu yang segera menyala
suara pelatuk di ujung kampung
wajah-wajah awan hitam bergulung-gulung
pasir yang membadaikan impian
mengurai ikatan rambut yang sangsai
diantaranya kuku serupa taring mencengkram
bahu-bahu kering terpatahkan
tiang cemara, sesuatu yang menjulang
sebagai penanda angin telah meranggas
warna abu-abu di pucuknya antara ada dan tiada
bergumamlah ia seolah laut membenamkan suara langit
terus, tumpahkan amarahmu
seangkuh apa kau menjulang tak lebih seutas bayang
(Banda Aceh, 23 Nov 2011)
tak ada pintu atau jendela
yang meluap hanya kolam
dan bola matanya seperti diserbu pasukan asap
memerah menjadi percik bara
sesuatu yang segera menyala
suara pelatuk di ujung kampung
wajah-wajah awan hitam bergulung-gulung
pasir yang membadaikan impian
mengurai ikatan rambut yang sangsai
diantaranya kuku serupa taring mencengkram
bahu-bahu kering terpatahkan
tiang cemara, sesuatu yang menjulang
sebagai penanda angin telah meranggas
warna abu-abu di pucuknya antara ada dan tiada
bergumamlah ia seolah laut membenamkan suara langit
terus, tumpahkan amarahmu
seangkuh apa kau menjulang tak lebih seutas bayang
(Banda Aceh, 23 Nov 2011)