Puisi Bunga Randu Alas Karya Sapardi Djoko Damono

Bunga randu alas itu telah merekah, dan angin
kemarau yang malam hari suka jadi sejuk sering lewat di
sana. “Kenapa selalu terbayang bara sisa ketika kutatap
bunga itu,” kata angin yang diam-diam terlanjur telah
mencintainya. “Kenapa bukan warna subuh, atau
setidaknya batu delima, atau apa saja asal bukan bara
sisa.”

Pohon randu alas itu menjulang di kuburan samping
rumah kami; setiap kemarau bunga-bunganya yang
merah suka melengking, bahkan sampai larut malam.
Angin, yang sering terjepit di antara batang bambu, telah
jatuh cinta padanya–hanya Tuhan yang tahu kenapa
jadi begitu.

Angin itu jugalah yang bersijingkat mengantar
lengking bunga itu sampai ke sudut-sudut paling jauh
dalam tidur nyenyakku. Dalam lengking bunga itulah
tersirat lirih suaranya sendiri, “Mengapa bara sisa yang
terbayang, dan buka kobaran api?”


Sumber: Buku Ayat-Ayat Api
Surya Adhi

Seorang yang sedang mencari bekal untuk pulang.

Traktir


Anda suka dengan karya-karya di web Narakata? Jika iya, maka Anda bisa ikut berdonasi untuk membantu pengembangan web Narakata ini agar tetap hidup dan update. Silakan klik tombol di bawah ini sesuai nilai donasi Anda. Terima kasih.

Nih buat jajan

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama