Kita sepasang mata jendela
menatap pohon dan daun-daun
di halaman taman tanpa hujan
bunga yang gelagapnya ragu untuk tumbuh sekali lagi
kau pernah menanamnya berkali-kali di sekujur tubuh sendiri.
Pada sore hari,
sayup mata angin memberi isyarat nadi kecil di pergelangan
"mengapa kau kepal" tanyaku.
Di beranda udara dingin di bawah bebatuan
mengecup dua cangkir teh hangat.
Sepasang matamu menguap
sudah berapa waktu
hujan pun turun
satu demi satu.
menatap pohon dan daun-daun
di halaman taman tanpa hujan
bunga yang gelagapnya ragu untuk tumbuh sekali lagi
kau pernah menanamnya berkali-kali di sekujur tubuh sendiri.
Pada sore hari,
sayup mata angin memberi isyarat nadi kecil di pergelangan
"mengapa kau kepal" tanyaku.
Di beranda udara dingin di bawah bebatuan
mengecup dua cangkir teh hangat.
Sepasang matamu menguap
sudah berapa waktu
hujan pun turun
satu demi satu.