/1/
Cahaya itu, yang sesat
di antara pencakar langit,
sia-sia mencari
bayang-bayangnya.
“Apakah ada cahaya
yang tanpa bayang-bayang?”
pikirnya,
ketika sore begitu cepat tiba
dan matahari sampai serak
memanggilnya.
Malam hari, begitu banyak
bayang-bayang bersijingkat
di sekitar gedung-gedung tinggi ini.
Mereka berjumpa si Sesat itu
dan berkata, hampir serempak,
“Tapi kau bukan sumberku!”
/2/
Pada suatu hari
sebuah cahaya
yang sangat terang
berniat mencari sumbernya.
Setelah menempuh hutan,
menyusur sungai,
mendaki gunung,
dan meluncur di padang salju
sampailah ia
ke sebuah padang pasir.
Suatu bayang-bayang
yang sangat panjang,
dan sangat hitam, menyambutnya,
“Aku sumbermu.” katanya.
Letih dan lelah, tokoh kita
si cahaya terang itu
berhenti dan berkata ya saja,
meskipun ia curiga
bagaimana bisa di padang pasir
yang begitu luas dan rata
dan tak ada sosok apa pun itu
bisa tercipta bayang-bayang.
/3/
Ketika bangun pagi ini,
kudapati cahaya kecil,
sisa semalam,
bersembunyi di sudut kamarku.
Aku hampir tidak mengenalinya
sampai ketika aku hampir keluar kamar
ia berkata, “Tutup kembali
pintu itu, cepat,
aku tak tahan menghadapi
cahaya di luar itu!”
Tentu saja,
sumber mereka berbeda,
pikirku.
“Siapa bilang begitu!”
hardik cahaya di luar
yang menyilaukan itu.
Cahaya itu, yang sesat
di antara pencakar langit,
sia-sia mencari
bayang-bayangnya.
“Apakah ada cahaya
yang tanpa bayang-bayang?”
pikirnya,
ketika sore begitu cepat tiba
dan matahari sampai serak
memanggilnya.
Malam hari, begitu banyak
bayang-bayang bersijingkat
di sekitar gedung-gedung tinggi ini.
Mereka berjumpa si Sesat itu
dan berkata, hampir serempak,
“Tapi kau bukan sumberku!”
/2/
Pada suatu hari
sebuah cahaya
yang sangat terang
berniat mencari sumbernya.
Setelah menempuh hutan,
menyusur sungai,
mendaki gunung,
dan meluncur di padang salju
sampailah ia
ke sebuah padang pasir.
Suatu bayang-bayang
yang sangat panjang,
dan sangat hitam, menyambutnya,
“Aku sumbermu.” katanya.
Letih dan lelah, tokoh kita
si cahaya terang itu
berhenti dan berkata ya saja,
meskipun ia curiga
bagaimana bisa di padang pasir
yang begitu luas dan rata
dan tak ada sosok apa pun itu
bisa tercipta bayang-bayang.
/3/
Ketika bangun pagi ini,
kudapati cahaya kecil,
sisa semalam,
bersembunyi di sudut kamarku.
Aku hampir tidak mengenalinya
sampai ketika aku hampir keluar kamar
ia berkata, “Tutup kembali
pintu itu, cepat,
aku tak tahan menghadapi
cahaya di luar itu!”
Tentu saja,
sumber mereka berbeda,
pikirku.
“Siapa bilang begitu!”
hardik cahaya di luar
yang menyilaukan itu.
Sumber: Buku Ayat-Ayat Api