Latah kini menjadi hal biasa.
Saat hoax terus panjang bicara.
Semua strategi berjalan tanpa batas usia.
Tak ada waktu dan menit pun tak cukup berpacu.
Ujaran demi ujaran terus diproduksi.
Tapi...
Tak hendak mati semua sisi manusiawi.
Tak mau terus terbelenggu arus.
Tak ingin menimang si anak kecil yang selalu manja meminta makna.
Tak juga torehkan wujud apa yang bisa kita sumbang untuk negara.
Sibuk menyelami hati yang terus terbawa ke sana ke mari.
Tuman, kamu jangan ulangi lagi apa yang tak pantas.
Jangan kau matikan sisi kemanusiaan.
Jangan terbelah oleh dusta tak bermartabat.
Tuman, jangan kau jungkir balikkan kata berucap.
Hingga kau bingung mana fakta dan rencana
Tuman, aku tak hendak mencubit pipimu yang kering.
Tuman, aku tak hendak memegang lengan mu dengan kencang.
Aku hanya butuh kamu sadar itu tak pantas dilakukan
Aku hanya butuh kamu berhenti dari menyebar keresahan
Maka marilah kita berhenti di oase ini
Menimba air kesejukan surgawi
Berharap semua berhenti dan menepati janji
Bahwa kita hanyalah sekedar noktah kecil duniawi
Tuman, cukup sekali berucap
Tak butuh busa membuih di mulut lembut
Tak ingin melihatmu jatuh tertelungkup
Dan menyesali saat kau sudah tak sanggup.
Sumber: Kompasiana, 13 Maret 2019.
Saat hoax terus panjang bicara.
Semua strategi berjalan tanpa batas usia.
Tak ada waktu dan menit pun tak cukup berpacu.
Ujaran demi ujaran terus diproduksi.
Tapi...
Tak hendak mati semua sisi manusiawi.
Tak mau terus terbelenggu arus.
Tak ingin menimang si anak kecil yang selalu manja meminta makna.
Tak juga torehkan wujud apa yang bisa kita sumbang untuk negara.
Sibuk menyelami hati yang terus terbawa ke sana ke mari.
Tuman, kamu jangan ulangi lagi apa yang tak pantas.
Jangan kau matikan sisi kemanusiaan.
Jangan terbelah oleh dusta tak bermartabat.
Tuman, jangan kau jungkir balikkan kata berucap.
Hingga kau bingung mana fakta dan rencana
Tuman, aku tak hendak mencubit pipimu yang kering.
Tuman, aku tak hendak memegang lengan mu dengan kencang.
Aku hanya butuh kamu sadar itu tak pantas dilakukan
Aku hanya butuh kamu berhenti dari menyebar keresahan
Maka marilah kita berhenti di oase ini
Menimba air kesejukan surgawi
Berharap semua berhenti dan menepati janji
Bahwa kita hanyalah sekedar noktah kecil duniawi
Tuman, cukup sekali berucap
Tak butuh busa membuih di mulut lembut
Tak ingin melihatmu jatuh tertelungkup
Dan menyesali saat kau sudah tak sanggup.
Sumber: Kompasiana, 13 Maret 2019.