Puisi 2 Karya Goenawan Mohamad

Karena malam tak sepenuhnya tertembus, juga
oleh kelelawar yang mabuk, taufan antah-berantah
dan rembulan yang gila, harapan jangan-jangan
bermula dari sikap yang tak mengeluh pada batas.

Makin tahu manusia tentang luasnya alam semesta,
makin tampak bumi menyendiri dan manusia
terpencil. Planet ini hanya setitik noktah yang
cepat hilang. Tapi pada saat yang sama, dalam
keadaan yang praktis terabaikan itu, hilang dan
ketiadaan bukanlah sesuatu yang luar biasa.

Hidup begitu dekat dan Ketiadaan begitu megah.
Saya teringat sebaris kalimat Sitor Situmorang
dalam sajak “Cathedral des Chartres”: “hidup dan
kiamat bersatu padu.”


Sumber: Jendela Sastra.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama