Puisi Balada Penyeberang Sungai dan Bonggol Kayu Karya Sapardi Djoko Damono

naik dari tebing sungai
sehabis menyeberang
dari tepi sebelah timur
ia duduk di bonggol kayu
ia duduk
memperhatikan barisan semut
yang sama sekali
tidak memperhatikannya
ia duduk
di bonggol kayu
yang tidak pernah tahu
asal-usulnya

ia duduk memperhatikan
seekor ular kecil
berwarna hijau
yang sama sekali
tidak memperhatikan
barisan semut
yang tadi menjadi
pusat perhatiannya

ia duduk memperhatikan
kura-kura yang tadi dilihatnya
memanjat tebing sungai
begitu pelahan
sehingga menyebabkannya
tidak mau lagi repot
berpikir tentang waktu
bangkit dari duduk
di bonggol kayu
ia berpikir
sebaiknya menyeberang
sungai lagi agar ingat
untuk apa tadi menyeberang

sesampai di tepi sebelah timur
ia memusatkan pandangan
ke bonggol kayu
yang di seberang barat
dan bertanya kenapa
tadi duduk
di atasnya

lalu ia berpikir
ada baiknya kalau
menyeberang lagi
agar yakin
bahwa pernah
duduk di bonggol kayu
yang di seberang itu

tepat di tengah sungai
ia memutuskan
untuk tidak perlu
mengusut mengapa
tadi duduk di bonggol
kayu yang tidak suka
ditanya perihal asal-usulnya

tepat di tengah sungai
ia berhenti dan berpikir
sebaiknya dibiarkan saja
semua ingatan
tentang bonggol kayu
yang pernah didudukinya

ia memilih menjadi buih
menggelembung putih
mengikuti keriput air
yang menghilir
menuju tubir


Sumber: Buku Ayat-Ayat Api.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama