Kunikmati sunyi yang paling luka serupa belati tajam menghujam sayup-sayup terdengar jeritan tangisku beradu dalam ruang dan waktu,
senyap seolah jadi malam yang paling bisu
Kini aku berusaha mematahkan anak-anak rindu yang merajai jiwa
tanpa usai perlahan-lahan mentari menampakkan sinarnya di ufuk timur rindu tak teredam beranjak mencari sosok si tuan dari rindu-rindu ini wajahnya tak tergapai oleh indra penglihatanku sementara ada rindu yang berusaha gugur di persemayangannya
Senja kembali datang dengan jingganya yang indah nan elok aku mengadu pada sepi berpayung langit menghitam “bahwa rinduku tak pernah gugur”
senyap seolah jadi malam yang paling bisu
Kini aku berusaha mematahkan anak-anak rindu yang merajai jiwa
tanpa usai perlahan-lahan mentari menampakkan sinarnya di ufuk timur rindu tak teredam beranjak mencari sosok si tuan dari rindu-rindu ini wajahnya tak tergapai oleh indra penglihatanku sementara ada rindu yang berusaha gugur di persemayangannya
Senja kembali datang dengan jingganya yang indah nan elok aku mengadu pada sepi berpayung langit menghitam “bahwa rinduku tak pernah gugur”
Sumber: Edunews, "Puisi-puisi Dewi Lestari", edunews.id/puisi/puisi-puisi-dewi-lestari.