Puisi Hawa Dingin Karya Sapardi Djoko Damono

dingin malam memang tak pernah mau
menegurmu, dan membiarkanmu telanjang;
berdiri saja ia di sudut itu
dan membentakmu, “Ia hanya bayang-bayang!”

“Bukan, ia tulang rusukku,” sahutku
sambil menyaksikannya mendadak menyebar
ke seluruh kamar–yang tersisa tinggal abu
sesudah kita berdua habis terbakar


Sumber: Buku Ayat-Ayat Api

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama