“Percuma saja kita percaya,” katamu ketika orang yang raut
muka dan nada suaranya sangat repot itu selesai bicara di televisi
kita yang sudah mulai pudar warnanya.
Tetapi mungkin saja ia tidak bicara kepada kita, mungkin saja.
Ia menatap kamera dan agak gagap menjelaskan mengapa
ruangan begitu dingin sehingga gatal-gatal muncul di sekujur
tubuhnya dan tampaknya sama sekali tidak ada maksudnya untuk
membuat kita percaya pada yang diucapkannya.
Malahan mungkin saja ia tidak mengatakan apa-apa dan suara
yang kaudengar itu sepenuhnya justru muncul di sela-sela ucapan-
ucapan kita sendiri yang sejak kemarin seperti menghalangi segala
jenis pertanyaan.
“Percuma saja kau susah payah memilih kata, semua sama saja
bunyinya.”
muka dan nada suaranya sangat repot itu selesai bicara di televisi
kita yang sudah mulai pudar warnanya.
Tetapi mungkin saja ia tidak bicara kepada kita, mungkin saja.
Ia menatap kamera dan agak gagap menjelaskan mengapa
ruangan begitu dingin sehingga gatal-gatal muncul di sekujur
tubuhnya dan tampaknya sama sekali tidak ada maksudnya untuk
membuat kita percaya pada yang diucapkannya.
Malahan mungkin saja ia tidak mengatakan apa-apa dan suara
yang kaudengar itu sepenuhnya justru muncul di sela-sela ucapan-
ucapan kita sendiri yang sejak kemarin seperti menghalangi segala
jenis pertanyaan.
“Percuma saja kau susah payah memilih kata, semua sama saja
bunyinya.”
Sumber: Buku Babad Batu.