Puisi Tentang Seorang Penjaga Kubur Yang Mati Karya Sapardi Djoko Damono

bumi tak pernah membeda-bedakan. seperti ibu yang baik,
diterimanya kembali anak-anaknya yang terkucil
dan membusuk, seperti halnya bangkai binatang, pada
suatu hari seorang raja, atau jenderal, atau pedagang,
atau klerek – sama saja;

dan kalau hari ini si penjaga kubur, tak ada bedanya. ia
seorang tua yang rajin membersihkan rumputan,
menyapu nisan, mengumpulkan bangkai bunga dan
daunan; dan bumi pun akan menerimanya seperti ia
telah menerima seorang laknat, atau pendeta, atau
seorang yang acuh-tak-acuh kepada bumi, dirinya.

toh akhirnya semua membusuk dan lenyap. yang mati tanpa
genderang, si penjaga kubur ini, pernah berpikir:
apakah balasan bagi jasaku kepada bumi yang telah
kupelihara dengan baik; barangkali sebuah sorga atau
ampunan bagi dusta-dusta masa mudanya. tapi sorga
belum pernah terkubur dalam tanah.

dan bumi tak pernah membeda-bedakan, tak pernah
mencinta atau membenci; bumi adalah pelukan yang
dingin, tak pernah menolak atau menanti, tak akan
pernah membuat janji dengan langit.

lelaki tua yang rajin itu mati hari ini; sayang bahwa ia tak
bisa menjaga kuburnya sendiri.

(1964)


Sumber: Buku “Hujan Bulan Juni” karya dari Sapardi Djoko Damono.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama