Puisi 56 Karya Goenawan Mohamad

Yang membedakan Sherlock Holmes dari tokoh
dalam dongeng Andersen ialah pipanya. Dengan
itu sang detektif menutup mulutnya, menghindari
percakapan, berkonsentrasi penuh untuk berpikir,
dan secara sistematis menggerakkan nalarnya
setapak demi setapak sampai akhirnya, bravo, sang
pembunuh terungkap. Baru setelah itu, Holmes
berbicara dengan sahabatnya, Watson. Atau lebih
tepat, menjelaskan logikanya kepada pembaca
melalui Watson.

Dalam dongeng Andersen, tokoh dan kebenaran
lahir bersama dalam percakapan. Bahkan
terkadang dalam keramaian. Tentang maharaja
yang tertipu pakaian ajaib, misalnya. Kita ingat
saat kebenaran muncul ketika di sela-sela para
penonton yang tengah mengelu-elukan maharaja
itu seorang bocah berteriak, “Hai, baginda
telanjang!” hingga orang ramai pun sadar bahwa
si anak benar dan mereka pun berteriak, “Hai,
baginda telanjang!”

Tapi Andersen tak menutup dongengnya di
sini. Alkisah, Baginda pun tetap melanjutkan
parade, tetap tegak, tetap bugil, dan seperti yakin.
Mungkin ia berharap orang ramai itu akhirnya
akan percaya bahwa ia sedang mengenakan
pakaian yang tak akan tampak oleh mata mereka
yang pandir.

Dengan kata lain ia mempersoalkan: apa
kebenaran, sebenarnya? Seandainya ia pernah
dengar Goebbels …

Goebbels, menteri propaganda Nazi itu,
memperkenalkan sebuah mekanisme: bila
sepotong dusta diteruskan berulang-ulang, ia akan
berubah jadi kebenaran. Dengan meneruskan
parade, sang maharaja tampaknya setuju bahwa
kebenaran adalah hasil konsensus, dan konsensus
tak bebas dari kebohongan dan kekuasaan.

Dalam arti tertentu dongeng ini menertawakan
zaman rasionalisme, ketika subyek diperlakukan
sebagai sumber nalar yang kekar dan lurus –
ketika orang menduga bahwa tak ada kekuasaan
di luar itu dan percaya bahwa kita bisa mencapai
kebenaran dengan memasang pipa di mulut, tak
bicara, menyendiri.


Sumber: Jendela Sastra.
Surya Adhi

Seorang yang sedang mencari bekal untuk pulang.

Traktir


Anda suka dengan karya-karya di web Narakata? Jika iya, maka Anda bisa ikut berdonasi untuk membantu pengembangan web Narakata ini agar tetap hidup dan update. Silakan klik tombol di bawah ini sesuai nilai donasi Anda. Terima kasih.

Nih buat jajan

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama