Puisi Dalam Kemah Karya Goenawan Mohamad

Sudah sejak awal kita berterus terang dengan sebuah teori: cinta adalah potongan-
potongan pendek interupsi – lima menit, tujuh menit, empat … Dan aku akan
menatapmu dalam tidur.

Apakah yang bisa bikin kau lelap setelah percakapan? Mungkin sebenarnya kita
terlena oleh suara hujan di terpal kemah. Di ruang yang melindungi kita untuk
sementara ini aku, optimis, selalu menyangka grimis sebenarnya ingin menghibur,
hanya nyala tak ada lagi: kini petromaks seakan-akan terbenam. Jam jadi terasa kecil.
Dan ketika hujan berhenti, malam memanjang karena pohon-pohon berbunyi.

Kemudian kau mimpi. Kulihat seorang lelaki keluar dari dingin dan asap napasmu:
kulihat sosok tubuhku, berjalan ke arah hutan. Aku tak bisa memanggilnya.

Aku dekap kamu.
Setelah itu bau kecut rumput, harum marijuana, pelan-pelan meninggalkan kita.
(2010)


Sumber: Jendela Sastra.
Surya Adhi

Seorang yang sedang mencari bekal untuk pulang.

Traktir


Anda suka dengan karya-karya di web Narakata? Jika iya, maka Anda bisa ikut berdonasi untuk membantu pengembangan web Narakata ini agar tetap hidup dan update. Silakan klik tombol di bawah ini sesuai nilai donasi Anda. Terima kasih.

Nih buat jajan

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama