Puisi Kiai Gulung Kuming Karya A. Muttaqin

Seuntai tasbih memutari sepi.

Sepasang terompah menjelma
menjadi dua ekor kuda.

Dua kuda itu berdiri
menoleh ke kanan ke kiri

lalu pergi mencari dokar lapar
yang tersesat di jalan pasar.

Seonggok jubah mangkak
menghadang dan berupaya

membujuk dua kuda itu
kembali.

Tapi kedua kuda hanya
meringkik tajam.

Bedug gemuk itu tersentak
dan meraih tabuhnya

lalu memukuli perutnya
sendiri.

Suaranya membuat genting-
genting surau itu bubar

tinggal usuk lapuk, reng-reng
kurus, dan batang belandar.

Langgar itu jadi lenggang,
gerompang, telanjang.

Angin lalu datang
menerbangkan tetirainya.

Seuntai tasbih berlepasan dan
biji matanya jatuh ke lantai.

Seorang orang tua berguling-
guling, gulung kuming

menyaksikan ini sembari
melihat helai-helai jenggotnya

terbang ke langit, seperti
hujan yang dipanggil kembali

oleh

Si Maha Sunyi.

(2019)

Surya Adhi

Seorang yang sedang mencari bekal untuk pulang.

Traktir


Anda suka dengan karya-karya di web Narakata? Jika iya, maka Anda bisa ikut berdonasi untuk membantu pengembangan web Narakata ini agar tetap hidup dan update. Silakan klik tombol di bawah ini sesuai nilai donasi Anda. Terima kasih.

Nih buat jajan

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama