Puisi Surat Katak Karya A. Muttaqin

Duh, gerimis yang meniris pelipis. Aku tak ingin menangis dan mengiris kupingku tipis-tipis. Anggur-anggur tak lagi manis. Dan gadis-gadis mencopot mawar dari tempiknya tanpa tangis. Telaga telah merah, dan di kedalamannya yang dulu membuat tuhan datang dengan dendang bunga- bunga, ikan-ikan menggeliat seperti rasa gatal yang melompat dari laut keparat. Kecebong-kecebongku masih hijau,

dan entah mengapa ia selalu mengigau, menyebut yang terus terubus dalam tidurku. Hujan telah berwarna ungu. Dan di lembabnya yang meninggikan jamur-jamur waktu, mimpiku memutih seperti doa-doa yang kembali. Langit jadi merih, seperti ada yang merintih. Dan di mendungnya yang lunglai, codot-codot meninggi, seperti keinginan yang terkutuk dari bumi. Seperti suaraku yang kini lerai bersama pelangi yang pucat pergi.

(2008)

Surya Adhi

Seorang yang sedang mencari bekal untuk pulang.

Traktir


Anda suka dengan karya-karya di web Narakata? Jika iya, maka Anda bisa ikut berdonasi untuk membantu pengembangan web Narakata ini agar tetap hidup dan update. Silakan klik tombol di bawah ini sesuai nilai donasi Anda. Terima kasih.

Nih buat jajan

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama