Puisi Taman Putma Karya A. Muttaqin

Dari pancaroba, dari musim panas nan bertuba, kutemukan selembar Putma: sebidang taman yang menyimpan kuncup madah dan kembang purba. Di tangkainya yang tengadah, tubuhku memerah seperti kuncup doa yang membakar mata senja. Tanganku pun berkobar,

terbakar sepasang mawar di dadamu yang mengajar

tak gentar, biar di luar, dua unggas besar menanti ajalku. Lalu, pada detik yang luput, pada waktu yang siput,

bulan jadi marmut, berjalan melompat seperti menyisipkan maut lain di atas ketelanjanganmu yang tak tersalin

sebibir cermin.

Birahi adalah beringin, ingin yang menusuk seribu dingin. Dan di atas angin, sepasang maut telah kawin, membikin langit dan nafasku serupa lilin.

(2008)

Surya Adhi

Seorang yang sedang mencari bekal untuk pulang.

Traktir


Anda suka dengan karya-karya di web Narakata? Jika iya, maka Anda bisa ikut berdonasi untuk membantu pengembangan web Narakata ini agar tetap hidup dan update. Silakan klik tombol di bawah ini sesuai nilai donasi Anda. Terima kasih.

Nih buat jajan

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama