Di sini setahun lalu, aku mendengar jerit
Dan tangan yang menggapai-gapai
Ternak hanyut, mobil hanyut, bahkan atap rumah
Bermandikan lumpur, beberapa perabot
pergi tak kembali
Semua mengalir ke hilir, menuju gerbang
Kematian sesuai garis takdir
Di hulu, hutan menjelma petak-petak kebun,
Vila, dan tempat wisata
Manusia mencukur gunung hingga tak lagi hijau
Mulutnya sibuk mengunyah uang, laba proyek,
Dan melupakan aturan
Di ruang-ruang kecil, kita sudah tak lagi sibuk
Menyiram kembang atau membeli pupuk
Untuk tumbuhan yang menyapa dari balik jendela
Setiap pagi
Di sini setahun lalu, air mata tak bisa kukenali
Di deras banjir bandang
Sebab yang lantak bukan saja rumah dan harta,
Tapi jiwa mereka yang ditinggal pergi
Orang-orang terkasih
Hari ini dari tepi sungai Cimanuk,
Kutitipkan doa lewat mataku
Nanar menatap gunung yang semakin cokelat.
Tak lagi hijau.
(#RAB, 2018)
Sumber: Hari Puisi.
Dan tangan yang menggapai-gapai
Ternak hanyut, mobil hanyut, bahkan atap rumah
Bermandikan lumpur, beberapa perabot
pergi tak kembali
Semua mengalir ke hilir, menuju gerbang
Kematian sesuai garis takdir
Di hulu, hutan menjelma petak-petak kebun,
Vila, dan tempat wisata
Manusia mencukur gunung hingga tak lagi hijau
Mulutnya sibuk mengunyah uang, laba proyek,
Dan melupakan aturan
Di ruang-ruang kecil, kita sudah tak lagi sibuk
Menyiram kembang atau membeli pupuk
Untuk tumbuhan yang menyapa dari balik jendela
Setiap pagi
Di sini setahun lalu, air mata tak bisa kukenali
Di deras banjir bandang
Sebab yang lantak bukan saja rumah dan harta,
Tapi jiwa mereka yang ditinggal pergi
Orang-orang terkasih
Hari ini dari tepi sungai Cimanuk,
Kutitipkan doa lewat mataku
Nanar menatap gunung yang semakin cokelat.
Tak lagi hijau.
(#RAB, 2018)
Sumber: Hari Puisi.