"Aku hampir tak mengenalMu, Tuhan. Tapi di lipatan
jubahMu tersembul jari-jari sekurus ranting yang tak bisa
mengibas lalat di mata. KasutMu mengepulkan debu dari
kota-kota yang tak sengaja terinjak. Jejak air juga belum
mengering di dadaMu dari ibu-ibu yang melepas anaknya
ke arah peluru."
"Aku tahu, itu Kamu."
"Bukan," sangkalNya – lalu berlalu sambil menangis.
"Jangan pergi!"
Ia telanjur berbalik, lupa kalau gerumbul putih itu hanya
sekumpulan air. TubuhNya melesak – hilang jadi butir-
butir hujan.
Sumber: Buku Tentang Ruang (2016).
jubahMu tersembul jari-jari sekurus ranting yang tak bisa
mengibas lalat di mata. KasutMu mengepulkan debu dari
kota-kota yang tak sengaja terinjak. Jejak air juga belum
mengering di dadaMu dari ibu-ibu yang melepas anaknya
ke arah peluru."
"Aku tahu, itu Kamu."
"Bukan," sangkalNya – lalu berlalu sambil menangis.
"Jangan pergi!"
Ia telanjur berbalik, lupa kalau gerumbul putih itu hanya
sekumpulan air. TubuhNya melesak – hilang jadi butir-
butir hujan.
Sumber: Buku Tentang Ruang (2016).