Menembus waktu dengan menunggang sebuah film tua, adalah danau yang lebih biru dari lautan, di situ angin berisik di atas pelana kuda yang meringkik oleh instingnya, tentang padang luas yang sudah lama dijanjikan serta bulan yang dapat dibelai
Ah aku tak mau bermimpi, tetapi kulihat kembali harapan yang memberiku mata hati dan bunga, yang kutanam di sanubari dan kini setelah perjalanan kita entah kandas di mana, kembang itu menabur wangi semerbak sehingga aku hampir menangis karena keindahan itu tak raib dalam lumpur malam, apalagi hanya kepedihan, ia tetap berseri dan tersenyum mengajak melangkah lagi, sekali lagi, buat siapa pun yang sudah putus asa
Kau selamatkan aku wahai layar tua. yang tak bisa tak kucintai, kau tampar seluruh permenunganku, karena kau terus juga meniupkan cinta sesama tak pernah dapat dihentikan oleh apa pun, itulah arti kehadiranmu. membuat yang tak bergerak bergegas lagi, lalu menerjang nasib yang selalu ingin mengalahkan
Aku jadi kembali mendengar, merasa dan tergoda, tapi tahu tak harus kumiliki yang tak mungkin, biar mimpi tetap hanya menggelepar di langit ketujuh dan aku hanya jadi pelari yang mengejar karena bukan sampai yang paling penting, tetapi melangkah tanda aku mensyukuri kehidupan karuniaNya ini
Kau ajarkan aku bercerita tanpa berkata, berhenti tapi tak berakhir, kau selalu memandang dalam gelap ada cahaya, ketika tertawa pikiran bergerak, dalam kosong banyak yang terucap, kau bukan hanya menemani tetapi menerangi, bagai pohon palem yang tetap tegak kuat tetapi juga ramah dan indah, kau yang membuatku ingat rumah, anak-istri serta saudara-saudara yang berharap aku kembali berjuang untuk mereka
Tapi kau juga selalu mengepalkan tangan, urat-urat bajamu membayangkan tekadmu yang gila untuk mendukung setiap gerak dan suara kebebasan, kau yang setia dan mencintai kebenaran lebih dari cintamu kepada dirimu sendiri, kau yang selalu terbawa dalam ingatanku, kaulah yang menyalakan api, mengusir lelah dan membuat seluruh kelemahan dan kekalahanku jadi kemenangan, selama kau tetap kau, aku akan bangkit dari mati sekali pun, itulah yang tak ternilai dari persahabatan, cinta dan perjuangan kita yang tak akan kita biarkan berakhir, kau, kau yang menyebabkan aku ingin terus ada
Jangan pernah ucapkan selamat berpisah, tidak ada kata tua dalam perjuangan, singsingkan saja lengan baju kembali, kita bahu-memahu, pegang tiang bendera kuat-kuat untuk mengibaskan: layar putih itu bukan hanya hiburan tapi perenungan, genderang sudah berbunyi, kita akan bertempur lagi saudaraku, siapkan pengorbananmu karena kita harus menang
(Jakarta 2012)
Sumber: Muda Bicara.
Ah aku tak mau bermimpi, tetapi kulihat kembali harapan yang memberiku mata hati dan bunga, yang kutanam di sanubari dan kini setelah perjalanan kita entah kandas di mana, kembang itu menabur wangi semerbak sehingga aku hampir menangis karena keindahan itu tak raib dalam lumpur malam, apalagi hanya kepedihan, ia tetap berseri dan tersenyum mengajak melangkah lagi, sekali lagi, buat siapa pun yang sudah putus asa
Kau selamatkan aku wahai layar tua. yang tak bisa tak kucintai, kau tampar seluruh permenunganku, karena kau terus juga meniupkan cinta sesama tak pernah dapat dihentikan oleh apa pun, itulah arti kehadiranmu. membuat yang tak bergerak bergegas lagi, lalu menerjang nasib yang selalu ingin mengalahkan
Aku jadi kembali mendengar, merasa dan tergoda, tapi tahu tak harus kumiliki yang tak mungkin, biar mimpi tetap hanya menggelepar di langit ketujuh dan aku hanya jadi pelari yang mengejar karena bukan sampai yang paling penting, tetapi melangkah tanda aku mensyukuri kehidupan karuniaNya ini
Kau ajarkan aku bercerita tanpa berkata, berhenti tapi tak berakhir, kau selalu memandang dalam gelap ada cahaya, ketika tertawa pikiran bergerak, dalam kosong banyak yang terucap, kau bukan hanya menemani tetapi menerangi, bagai pohon palem yang tetap tegak kuat tetapi juga ramah dan indah, kau yang membuatku ingat rumah, anak-istri serta saudara-saudara yang berharap aku kembali berjuang untuk mereka
Tapi kau juga selalu mengepalkan tangan, urat-urat bajamu membayangkan tekadmu yang gila untuk mendukung setiap gerak dan suara kebebasan, kau yang setia dan mencintai kebenaran lebih dari cintamu kepada dirimu sendiri, kau yang selalu terbawa dalam ingatanku, kaulah yang menyalakan api, mengusir lelah dan membuat seluruh kelemahan dan kekalahanku jadi kemenangan, selama kau tetap kau, aku akan bangkit dari mati sekali pun, itulah yang tak ternilai dari persahabatan, cinta dan perjuangan kita yang tak akan kita biarkan berakhir, kau, kau yang menyebabkan aku ingin terus ada
Jangan pernah ucapkan selamat berpisah, tidak ada kata tua dalam perjuangan, singsingkan saja lengan baju kembali, kita bahu-memahu, pegang tiang bendera kuat-kuat untuk mengibaskan: layar putih itu bukan hanya hiburan tapi perenungan, genderang sudah berbunyi, kita akan bertempur lagi saudaraku, siapkan pengorbananmu karena kita harus menang
(Jakarta 2012)
Sumber: Muda Bicara.