Puisi Menenangkan Rindu Karya M. Aan Mansyur

Bumi tidak butuh banyak bulan.
Bulan sendiri, pandai, dan kekanak-kanakan.
Dia bisa jadi pisang ambon, mangkuk pecah ibumu, atau martabak utuh jika kau lapar.
Dia akan menertawai kerakusanmu atau menjadi penuh ketika kau kosong.

Biarkan bintang padam sebagian dan langit tetaplah satu-satunya yang tidak mudah kau tebak.
Langit yang lapang dan dalam akan berterima kasih kepada tubuhnya karena kau punya mata dan benak.
Juga ungu tato yang kau sembunyikan di balik malumu yang pura-pura.

Langit tampak cantik karena mobil yang kautumpangi bergerak cepat.
Jendela mobil mogok bukan pasangan yang cocok buat kaki langit.
Langit pekerja keras.
Dia membutuhkan satu hari yang cerah dan kekosonganmu yang gerah untuk membuat matahari sore seperti lukisan atau kota kebakaran.

Warna yang sama bisa tampak sunyi dan riang sekaligus.
Langit paham hal-hal semacam itu.
Kata-katamu bicara terlalu banyak tapi tidak pernah cukup.
Langit selalu cukup dengan cuaca dan pertanyaan-pertanyaan.

Jangan percaya pada kartupos dan kamera seorang petualang.
Menyelamlah ke ingatannya dan temukan senja selalu basah di sana.
Kau hanya boleh jatuh cinta kepada ingatan yang menyerupai langit: rentan dan tidak mudah dikira.

Dia meninggalkanmu agar bisa selalu mengingatmu.
Dia akan pulang untuk membuktikan mana yang lebih kuat, langit atau matamu.


Sumber: Buku "Melihat Api Bekerja" karya M. Aan Mansyur.
Surya Adhi

Seorang yang sedang mencari bekal untuk pulang.

Traktir


Anda suka dengan karya-karya di web Narakata? Jika iya, maka Anda bisa ikut berdonasi untuk membantu pengembangan web Narakata ini agar tetap hidup dan update. Silakan klik tombol di bawah ini sesuai nilai donasi Anda. Terima kasih.

Nih buat jajan

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama