Puisi Mimpi Telaga Karya Mathori A. Elwa

pada sebuah arus rahasia
tak jauh dari tempat berbaring
antara makam dan sebuah musium
kulepas perahu purba
nuh, luth, musa

dan negeri-negeri terkutuk
berseliweran dalam tidur jaga
membentang di antara tahajud
dan tangis yang membusuk, rabbana
seorang tamu ditakdirkan (akan?) datang
pagi-pagi sekali
menagih hutang (kematian?)
mengajak pergi

—engkau mungkin nyinyir
tertawa getir
kapankah para pengungsi abadi
pernah punya tempat yang dapat disinggahi
hingga ada yang sempat berpikir
ingin menjumpaimu lagi?

hutang demi hutang menumpuk
dalam dada, tas plastik dan sibuk
pegunungan putus asa tumbuh sebagai bisul-bisul
doa apakah yang terkandung dalam derita ayyub
zabur, taurat, injil, al-quran berdengung dalam telingaku yang tuli
puluhan nama nabi dan rasul menziarahi mayat hidupku
samiri, fir’aun, abrahah, abu lahab
jengis khan, hitler, orde baru tumbuh subur sebagai pohon kalap
gigiku menyeringai di antara jutawan wisatawan dan penganut agama
dada, paha dan selangkangan kalian
adalah dajjal yang menyedot habis nuthfah para pengritik
jutaan ular weling menjelma bursa effek
bajak laut dan udara kenakan surban para nabi dan rabbi
meledakkan bom dan gunung-gunung rahasia
dalam amarah, dengki dan dendam kesumat

kucoba membaca takdir
dan di pagi buta itu
sebelum penagih hutang dan kematian lainnya menjemputku
kuukir terlebih dahulu huruf demi huruf
pada dinding perahu
aku bermimpi nuh bermimpi ibrahim bermimpi musa
bermimpi sulaiman bermimpi musthafâ habîbinâ
bermimpi tuhan
bermimpi telaga
mata air dari barat atau timurkah itu
menghanyutkan perahu doa dan dukacintaku?
permohonan telah mendidih dalam magma ubun-ubun jiwa
shalawat dan salam padamu, ya musthafa habibina
mengalir dalam hatiku yang busuk
menggumpal dalam dahak dan ludah hilafku yang sempurna
nafasku tersengal sebagai sejarah yang terpenggal
menggendong derita dan bahagia
memanggul pelarian
melolong sebagai qithmir
menembus kegelapan makrifat
tersingkir dari jalan tembus khidhir


Sumber: Jendela Sastra.
Surya Adhi

Seorang yang sedang mencari bekal untuk pulang.

Traktir


Anda suka dengan karya-karya di web Narakata? Jika iya, maka Anda bisa ikut berdonasi untuk membantu pengembangan web Narakata ini agar tetap hidup dan update. Silakan klik tombol di bawah ini sesuai nilai donasi Anda. Terima kasih.

Nih buat jajan

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama