Puisi Rumahmu Sepi Abadi Karya Dahri Dahlan

kamu akan gemuk dan tua, pelupa dan kehilangan teman. saban hari debu di jendela menunggumu duduk dengan tangan gemetaran, membenarkan letak kaca mata yang berbau lemak.

di halaman depan gulma dan pohon kebanyakan tumbuh dengan tidak baik. dulu mereka kamu tanam di hari minggu. sebuah sekop menancap di dekatnya saat kamu berangkat bekerja di awal pekan, memikul tas berisi laptop yang masih menyala.

rumahmu sepi abadi. darah cinta muda yang terpenggal mengering di dinding lapuk. kamu tidak mengingat sheila on 7, osteoporosis, dan suka melamun di meja makan.

matahari terbenam di ujung aspal yang kamu lalui. cucumu yang berkunjung tidak bisa tinggal lebih lama. "di sini tidak ada permen," katanya. anakmu menggerutu melihat toilet yang mulai retak. lalu mereka pulang bersama tukang yang telah dibayar.

kamu melambaikan tangan setelah mereka pergi. jam dinding berdetik berlalu, tak pernah sampai ke mana.

(Samarinda, 2015)


Sumber: Instagram @puisiaran.
Surya Adhi

Seorang yang sedang mencari bekal untuk pulang.

Traktir


Anda suka dengan karya-karya di web Narakata? Jika iya, maka Anda bisa ikut berdonasi untuk membantu pengembangan web Narakata ini agar tetap hidup dan update. Silakan klik tombol di bawah ini sesuai nilai donasi Anda. Terima kasih.

Nih buat jajan

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama