laut
dekap berjuta wajah resah beribu rekah genggam angan
mimpi akanan tangis meriam luka tangis beribu batalyon
penyair kau telah tiba pada ombak kau merenangi gelombang duka
laut telah melebur bukumu dalam palung sia
kau taklagi dapat menulis
laut telah menenggelamkan kata
penyair
kau tidak sendirian
selalu ada karang dajal selalu ada kapal tertikam selalu
ada pelaut dari sisa hiyu yang lupa
selalu ada sejemput pulau dengan pohon berbuah kata
tempat pelaut dan penyair bisa sampai saling bicara
sambil membuat perawan dengan mantera
(1973)
Sumber: Horison (September, 1975).
dekap berjuta wajah resah beribu rekah genggam angan
mimpi akanan tangis meriam luka tangis beribu batalyon
penyair kau telah tiba pada ombak kau merenangi gelombang duka
laut telah melebur bukumu dalam palung sia
kau taklagi dapat menulis
laut telah menenggelamkan kata
penyair
kau tidak sendirian
selalu ada karang dajal selalu ada kapal tertikam selalu
ada pelaut dari sisa hiyu yang lupa
selalu ada sejemput pulau dengan pohon berbuah kata
tempat pelaut dan penyair bisa sampai saling bicara
sambil membuat perawan dengan mantera
(1973)
Sumber: Horison (September, 1975).