Puisi Malam Karya Sutardji Calzoum Bachri

Angin menepuk bukit bukit yang terbaring
— tidur tidurlah —
Dan pepohonan berbuai kantuk
tangkai-tangkai merunduk tiarap dalam kelam
dan beberapa kelepak elang berputar
mencari rimbun kantuk yang paling lelap

Kemudian langit diamlah
jadi kelabu dipukau kelam
Dan kau menengadah
mencari bulan atau bintang atau celah di langit
tempat lewat keabadian
Dan kau hanya menengadah setengah
dan terpaksa senang pada
lelampuan jalan yang memusingkan
matamu dengan gerogotan binatang malam

Dan tiba tiba kau terpikir
— mengapa tak kuambil saja batu
dan melempar segala lampu-lampu yang memusingkan —
Siapa tahu dalam pekat gelap
caya yang paling sekarat di langit
di langit
akan dapat disimak
menunjukkan arah keabadian


Sumber: Horison (April, 1970).
Surya Adhi

Seorang yang sedang mencari bekal untuk pulang.

Traktir


Anda suka dengan karya-karya di web Narakata? Jika iya, maka Anda bisa ikut berdonasi untuk membantu pengembangan web Narakata ini agar tetap hidup dan update. Silakan klik tombol traktir di bawah ini sesuai nilai donasi Anda. Terima kasih.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama