PADA kopi kedua
dan nasi dagang kelima,
(mungkin enam)
ingin benar aku
menyiulkan Sinatra
diam-diam
untuk serombongan orang Singapura
yang tadi menghabiskan laksa
dan membiarkan sisa busa teh tarik
pada bibirnya
Kulihat Hasbi memainkan kamera
mencari kombinasi yang tepat
antara rana dan diafragma
sebelum memotret
anak-anak pagi jalanan
berlari menuju sekolah
(dan mungkin masa depan)
“Atuk kami, dulu,
juga sekolah di situ,”
kata seorang orang Singapura itu
bercakap dengan masa lalu
Di dinding kedai
ada repro gambar Sultan Riau terakhir
dengan ekspresi yang cemas
dalam ingatan dan kurungan bingkai
dimakan anai-anai.
dan nasi dagang kelima,
(mungkin enam)
ingin benar aku
menyiulkan Sinatra
diam-diam
untuk serombongan orang Singapura
yang tadi menghabiskan laksa
dan membiarkan sisa busa teh tarik
pada bibirnya
Kulihat Hasbi memainkan kamera
mencari kombinasi yang tepat
antara rana dan diafragma
sebelum memotret
anak-anak pagi jalanan
berlari menuju sekolah
(dan mungkin masa depan)
“Atuk kami, dulu,
juga sekolah di situ,”
kata seorang orang Singapura itu
bercakap dengan masa lalu
Di dinding kedai
ada repro gambar Sultan Riau terakhir
dengan ekspresi yang cemas
dalam ingatan dan kurungan bingkai
dimakan anai-anai.