Puisi Bukan Mimpi? Karya Mochtar Lubis

Sekumpulan sajak oleh Nur Fadjar
Membawa cerita seram dan duka
Mendukung semangat berapi-api
Tekad baja melawan tirani
datang terbang dari luar tembok
dibacakan istriku dengan suara terharu
dan air mata berlinangan.
sebuah jaket berlumur darah... di sinilah penembakan .... kepengecutan...
ditembuskan... ke punggung... anak-anak sendiri... anakmu yang berani...
telah tersungkur ke bumi... ketika melawan tirani... dua puluh dua
tahun kemudian... Tuhan kami ampunilah kami - Amin!

Panji-panji kebenaran berkibar lagi
di luar tembok penjara
Pekik perjuangan kemerdekaan dari
ketakutan mengoyak udara
Langkah-langkah tegap berderap-derap
pemuda, ibu, prajurit dan rakyat
Memekikkan Kebenaran, Keadilan
dan Kemerdekaan.
Bukan mimpikah aku? tanyaku
Delapan tahun lebih aku hanya
mendengar pekikan serupa ini dalam
kepala dan hatiku sendiri
Tapi benar, ini bukan mimpi
Darah mereka memerah debu di belakang
Istana, di Jalan Malioboro, tanah
Kalimantan, Sumatra dan Sulawesi
Ini bukan mimpi
Ini Kami
Ini Kappi
Kupeluk kau adikku, anakku
Angin datang membawa cerita
Burung-burung berkicauan di udara
Membawa kisah kepahlawanan
Bunga-bunga berkicauan di udara
Membawa kisah kepahlawanan
Bunga-bunga yang bangkit
melawan tirani

Tetapi bapa-bapa yang berada di luar penjara ini
Mengapa berdiam diri?

(28 Maret 1966)


Sumber: Catatan Subversif (1980).
Surya Adhi

Seorang yang sedang mencari bekal untuk pulang.

Traktir


Anda suka dengan karya-karya di web Narakata? Jika iya, maka Anda bisa ikut berdonasi untuk membantu pengembangan web Narakata ini agar tetap hidup dan update. Silakan klik tombol traktir di bawah ini sesuai nilai donasi Anda. Terima kasih.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama