(:dd)
AKU membayangkan, akulah remanaj dengan
menutup wajah, tandel penuh kaleng cet, bersekutu dengan
malam, dan sedikit keberanian. Sepi seperti gemuruh
penonton, pada pertandingan final antara dua klub satu
kota. Aku berkeringat pada subuh yang dekat. Melukiskan
rindu dengan cepat, dan lekas. Lebih dari sebuah gol
penentu kemenangan, ketika terakhir kali, kuterakan huruf
terakhir namamu. Lalu aku lari, selekas aku menyelinap
tadi, sambil membayangkan engkau membaca namamu
pada grafiti yang diam-diam kuterakan pada lorong-lorong
di stadion itu.
AKU membayangkan, akulah remanaj dengan
menutup wajah, tandel penuh kaleng cet, bersekutu dengan
malam, dan sedikit keberanian. Sepi seperti gemuruh
penonton, pada pertandingan final antara dua klub satu
kota. Aku berkeringat pada subuh yang dekat. Melukiskan
rindu dengan cepat, dan lekas. Lebih dari sebuah gol
penentu kemenangan, ketika terakhir kali, kuterakan huruf
terakhir namamu. Lalu aku lari, selekas aku menyelinap
tadi, sambil membayangkan engkau membaca namamu
pada grafiti yang diam-diam kuterakan pada lorong-lorong
di stadion itu.