(: Rida K Liamsi)
BAIKLAH, lekas naik selangkah ke Daik,
sebelum dada cabik, sebelum dahi belah
Dan patah cabang lain jatuh ke jantung laut
ke bibir yang mengucap nama perahu hanyut
Siapa yang membisikkan siasat itu padamu, Sultan?
Maka tak ada peta pengungsian di lautan
dan sekarang kita melangkah tanpa denah
tersandung batang rebah pangkal sagu busuk
aduh, ada duri tertikam di sela kuku ibujari
aduh, ada lebah menyengat ujung lidah, tapi
masih kita berlagu tudung periuk pandai menipu
Siapa yang menikamkan khianat itu padamu, Sultan?
Sebagai tual-tual sagu, dirakit ke muara itu,
bila hujan sebentar, tenggelam rumah pengulu
tengok ada perahu datang dari teluk berhantu
menjemput bocah lelaki lihai menghalau ragu
Baiklah, lekas naik selangkah ke Daik,
sebelum mata lamur, sisa seruas umur
Sultan, siapa yang bilang padamu ini sudah terlanjur?
BAIKLAH, lekas naik selangkah ke Daik,
sebelum dada cabik, sebelum dahi belah
Dan patah cabang lain jatuh ke jantung laut
ke bibir yang mengucap nama perahu hanyut
Siapa yang membisikkan siasat itu padamu, Sultan?
Maka tak ada peta pengungsian di lautan
dan sekarang kita melangkah tanpa denah
tersandung batang rebah pangkal sagu busuk
aduh, ada duri tertikam di sela kuku ibujari
aduh, ada lebah menyengat ujung lidah, tapi
masih kita berlagu tudung periuk pandai menipu
Siapa yang menikamkan khianat itu padamu, Sultan?
Sebagai tual-tual sagu, dirakit ke muara itu,
bila hujan sebentar, tenggelam rumah pengulu
tengok ada perahu datang dari teluk berhantu
menjemput bocah lelaki lihai menghalau ragu
Baiklah, lekas naik selangkah ke Daik,
sebelum mata lamur, sisa seruas umur
Sultan, siapa yang bilang padamu ini sudah terlanjur?