Ketika kau tuliskan sajak-sajak suram,
ketika itu pula mata kata memejam.
Apabila tak kau tulis sebait pun sajak,
ada kata yang diam-diam hendak berteriak.
Saat kau lahirkan sajak sebait,
sejak itu kata mengenal jerit sakit.
Walau tak datang sajak yang kau undang,
jangan kau usir kata asing yang datang.
Kau sembunyikan di mana jejak sajakmu?
selalu ada kata rindu memaksa bertemu.
Ada sajak yang kau tuangkan ke gelas,
siapakah yang mereguk kata hingga tandas?
Jika kau paksa juga menulis sajak,
kata memang tiba, tapi makna jauh bertolak.
Jangan ajari sajakmu mengucap dusta,
sebab mulutmu akan dibungkam kata-kata.
Biarkan sajakmu dicela dicaci dinista,
karena maki cuma kata yang cemburu buta.
Di mana kau simpan sajak terbaik?
di hati, lalu biarkan kata mengucap tabik.
Pernahkah sajak meminta lebih darinya?
kata berkata: ah apalah, aku cuma kata...
ketika itu pula mata kata memejam.
Apabila tak kau tulis sebait pun sajak,
ada kata yang diam-diam hendak berteriak.
Saat kau lahirkan sajak sebait,
sejak itu kata mengenal jerit sakit.
Walau tak datang sajak yang kau undang,
jangan kau usir kata asing yang datang.
Kau sembunyikan di mana jejak sajakmu?
selalu ada kata rindu memaksa bertemu.
Ada sajak yang kau tuangkan ke gelas,
siapakah yang mereguk kata hingga tandas?
Jika kau paksa juga menulis sajak,
kata memang tiba, tapi makna jauh bertolak.
Jangan ajari sajakmu mengucap dusta,
sebab mulutmu akan dibungkam kata-kata.
Biarkan sajakmu dicela dicaci dinista,
karena maki cuma kata yang cemburu buta.
Di mana kau simpan sajak terbaik?
di hati, lalu biarkan kata mengucap tabik.
Pernahkah sajak meminta lebih darinya?
kata berkata: ah apalah, aku cuma kata...