(kepada seniman pura-pura)
Dalam gegap gempita hari pasar
kau gesek tali tegar rebabmu
mendayu menusuk segala pikuk
kau jelajah sampai yang tersuruk
senandung puja-puji mengiringi lagu
— rebabku indah suaranya merdu —
Andaikata
lengking senandung rebabmu meninggi
sampai orang kecut merasa nyeri
terseok lagi agar tak tuli.
Ketika berteriak seorang anak
— telinga kami telah pekak
kami mau berjual beli —
kau gesek rebabmu lebih keras lagi
kau iringi dengan teriak membentak
— kau tak mengerti seni, hai budak —
(10 Juni 1950)
Dalam gegap gempita hari pasar
kau gesek tali tegar rebabmu
mendayu menusuk segala pikuk
kau jelajah sampai yang tersuruk
senandung puja-puji mengiringi lagu
— rebabku indah suaranya merdu —
Andaikata
lengking senandung rebabmu meninggi
sampai orang kecut merasa nyeri
terseok lagi agar tak tuli.
Ketika berteriak seorang anak
— telinga kami telah pekak
kami mau berjual beli —
kau gesek rebabmu lebih keras lagi
kau iringi dengan teriak membentak
— kau tak mengerti seni, hai budak —
(10 Juni 1950)