Dua puluh tahun yang lalu aku melihatmu
sedang melamun di dalam becak yang kauparkir
di depan warung makan Sabar Menanti.
Petugas ketertiban kota datang menggarukmu:
becak dan si tukang becak diangkut mobil patroli.
Sepuluh tahun kemudian aku melihatmu
sedang mengantuk di dalam becak yang kauparkir
di depan rumah makan Sabar Menanti.
Petugas ketertiban kota datang menggarukmu:
becak segera diangkut mobil patroli,
si tukang becak dipersilakan pulang berjalan kaki.
Dan malam ini, sayang, aku melihatmu
sedang mendengkur di dalam becak yang kauparkir
di depan restoran Sabar Menanti.
Petugas ketertiban kota mengayuh becakmu,
membawamu pergi ke tempat yang sepi
sambil tetap membiarkanmu dininabobokan mimpi.
Tidur begitu manjur sampai kau tak tahu
bahwa becakmu sedang parkir di depan kuburan.
Aku tinggal rintik-rintik hujan ketika subuh datang,
ketika kau menggeliat dan berbisik lantang
sepanjang azan, dan becakmu dicari-cari penumpang.
(2005)
Sumber: Selamat Menunaikan Ibadah Puisi (2016).
sedang melamun di dalam becak yang kauparkir
di depan warung makan Sabar Menanti.
Petugas ketertiban kota datang menggarukmu:
becak dan si tukang becak diangkut mobil patroli.
Sepuluh tahun kemudian aku melihatmu
sedang mengantuk di dalam becak yang kauparkir
di depan rumah makan Sabar Menanti.
Petugas ketertiban kota datang menggarukmu:
becak segera diangkut mobil patroli,
si tukang becak dipersilakan pulang berjalan kaki.
Dan malam ini, sayang, aku melihatmu
sedang mendengkur di dalam becak yang kauparkir
di depan restoran Sabar Menanti.
Petugas ketertiban kota mengayuh becakmu,
membawamu pergi ke tempat yang sepi
sambil tetap membiarkanmu dininabobokan mimpi.
Tidur begitu manjur sampai kau tak tahu
bahwa becakmu sedang parkir di depan kuburan.
Aku tinggal rintik-rintik hujan ketika subuh datang,
ketika kau menggeliat dan berbisik lantang
sepanjang azan, dan becakmu dicari-cari penumpang.
(2005)
Sumber: Selamat Menunaikan Ibadah Puisi (2016).